Kamis, 02 Mei 2024

TINGGAL DI DALAM KASIH KRISTUS

 

REFLEKSI 

HARI MINGGU PASKAH VI TAHUN B

Injil Yohanes 15:9-17

Tanggal 05 Mei 2024

RP. Patrisius Dua Witin, CP


Jika kita konsisten dengan gagasan Minggu kemarin, maka Injil Minggu ini merupakan kelanjutan pidato Yesus dalam acara wusuda para Rasul di ruang tertutup. Pidato pengajaran ini sangat penting dan eksklusif karena para rasul bakal menempati fondasi Gereja yang tentunya akan bertahan dan berlanjut sampai hari ini. Yesus tidak lagi menggunakan metafora melainkan memberi arti terdalam dari metafora Minggu lalu yaitu “Akulah Pokok Anggur Yang Benar”. Kita tidak hanya menjadi ranting yang tinggal di dalam Kristus, hidup dari dan oleh Kristus melainkan “TINGGAL DI DALAM KASIH KRISTUS”.

 Cinta Kasih adalah sifat dan hakikat Tuhan karena itu Yohanes mengatakan bahwa “Allah adalah Kasih” (1 Yohanes, 4:8,16). Pertama-tama, Kasih Kristus kepada Bapa sehingga tak sedikitpun Ia menyimpang dari Kehendak Bapa. Ketaatan inilah yang akan menjadi kunci untuk senantiasa “tinggal di dalam Kasih-Nya”. Bagi siapapun yang tinggal di dalam Kasih Kristus akan memperoleh pengudusan yang paling progresif dan bersifat kekal. Kehidupan kekal bersama Kristus adalah maksud yang sama dari tinggal dalam Kasih Kristus.  Orang-orang yang telah dinilai suci oleh Gereja adalah contoh konkret bagaimana mereka mencapai kekudusan berkat “Tinggal di dalam Kasih Kristus”. Buah dari tinggal di dalam  Kasih Kristus adalah “sukacita”. Sukacita bukan dari dirinya sendiri melainkan datang dari Kristus sehingga sukacita menjadi penuh.

Tinggal dalam Kasih Kristus tak ada sekat yang mampu membatasinya karena itu Yesus menyebut kamu bukan lagi hamba melainkan sahabat. Tak ada rahasia tersebunyi karena segala sesuatu yang  Kudengar dari Bapa-Ku telah Kusampaikan kepadamu. Akhir dari Injil ini Yesus menegaskan sekaligus  melantik para Rasul-Nya dengan mengatakan “ Aku memilih kamu dan Aku menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah”.

Satu hal yang menarik bahwa sebanyak 31 kali dalam Injil Yohanes, Yesus mengulang kata-kata ini “ sama seperti”. Ini menunjukkan hubungan timbal balik antara Yesus dengan Bapa-Nya, hubungan timbal  balik antara manusia dengan Yesus. Misalnya “Sama seperti Bapa telah mengasihi Aku, dengan demikian aku telah mengasihi kamu.” Kwalitas nilai dari Kasih manusia diukur menurut standar Kasih Allah.  Hal inilah yang paling berisiko pada level manusia karena kadar kwalitas kasih manusia bisa berubah-ubah. Hendaklah kamu saling mengasihi sesuai dengan stadar kwalitas Kasih Allah yakni mempertaruhkan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya tentu saja hampir menjadi sebuah utopia. Hal ini hanya bisa terjadi jika manusia benar-benar tinggal dalam Kasih Kristus dan menghasilkan buah-buah yang membawah keselamatan bagi orang lain.

Persoalannya, apakah saya sudah benar-benar tinggal dalam kasih Kristus? Apakah saya termasuk orang yang menjadi sahabat Kristus? Apakah saya mengasihi sesama seperti Kristus mengasihi saya? Apakah saya termasuk orang yang dipilih dan ditetapkan Kristus untuk pergi dan menghasilkan buah? Buah-buah apa saja yang saya hasilkan untuk menyenangkan hati sesama?

2 komentar:

  1. Trima kasih atas renungannya..... Semua krn KASIH.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas kunjungannya ke lapak ini. Salam sehat, Tuhan Memberkati.

      Hapus