REFLEKSI MINGGU
PASKAH VII TAHUN B
INJIL YOHANES
17:11b-19
RP. Patrisius Dua
Witin, CP
Sejak abad ke enam belas, diakui bahwa potongan Injil hari ini adalah bagian sentral “doa Yesus sebagai Imam Agung” yang dilayangkan langsung kepada Bapa-Nya. Ini merupakan salah satu bentuk komunikasi Yesus dengan Bapa-Nya melalui doa (Hari Komsos sedunia). Doa ini dipanjatkan menjelang Yesus beralih dari dunia ini dan ketika itu para Rasul tak lagi bersama dengan Yesus. Ini merupakan bagian dari keraguan Yesus ketika para rasul masih berada di dunia (kosmos) sementara Yesus tidak lagi berada di dunia. Mengingat kedalaman nilai teologis doa Yesus dalam teks ini, maka setiap orang pasti mempunyai daya nalar yang berbeda-beda untuk menangkap inti sari nilai teologis yang terkadung di dalamnya. Karena itu, ada seorang ekseget mengatakan bahwa ini merupakan doa Logos versus kosmos. Bagi saya, hal ini sangat menarik untuk dijadikan tema refleksi Hari Minggu Paskah VII karena muncul hal baru yang sedikit berbeda dari biasanya. Barangkali, kita mencoba menggali lebih dalam teks doa Yesus dalam Injil hari ini yang akan mengarahkan kita pada tema: doa logos versus kosmos atau diberi arti lain dari maksud ini adalah doa Sang Sabda (Logos) untuk melawan kejahatan dunia.
Pertama-tama
kita harus meyakini bahwa Yesus adalah Sang Logos yang ditulis oleh Yohanes
sejak awal Injilnya yaitu Firman itu adalah Allah (Yoh, 1:1) dan Firman itu
telah menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Sang Logos itu
berdoa, Ya Bapa yang Kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu (Yoh 17:11).
Para ekseget berulang kali melihat
kembali perbedaan terjemahan untuk menemukan hal baru dalam ayat ini. Tetapi bagi kita yang terpenting adalah bahwa
Yesus, Sang Logos meminta kepada Bapa-Nya yang Kudus agar para rasul senantiasa dipelihara, dijaga,
disimpan dalam nama-Nya karena Yesus tidak lagi ada di dalam dunia (kosmos)
tetapi para rasul masih ada di dalam dunia. Dunia (Yunani: Kosmos) yang
dimaksudkan adalah keadaan di mana keharmonisan yang telah dihancurleburkan
oleh manusia pertama sejak di kebun Eden (Kej. 3:1-24). Ketamakan manusia yang
sulit dikompromi ketika mereka melahap buah dari pohon yang dikramatkan oleh
Tuhan (Kej. 3:6). Keadaan di mana manusia haus akan kekuasaan untuk menyamakan
dirinya dengan Tuhan (Kej. 3:5). Keadaan di mana muncul persaingan manusia
untuk mengejar mamon. Dan para rasul
akan mengawali misi-Nya di bumi dengan menghadapi pandemi
keserakan akan kekayaan dan kekuasaan yang sedang merajalela. Manusia kosmos penuh rasa curiga, takut,
cendrung mengindar ketika manusia logos hadir karena akan terungkap semua
kesenangan manusia kosmos dalam lorong-lorong kejahatan. Para rasul menghadapi
kuasa-kuasa dunia dengan konsekuensi dari itu adalah ditolak, dibenci, dihina,
bahkan mereka sendiri mengorbankan nyawanya. Yesus telah mengalami semua
perinstiwa ini, karena itu, Dia berdoa kepada bapa-Nya yang Kudus untuk memelihara
para rasul dalam nama-Nya.
Untuk menghadapi semua tantangan ini, Yesus menghendaki
agar para rasul menjadi Kudus. Yudas
sudah jatuh karena tidak memelihara kekudusan maka Yesus meminta bapa-Nya untuk
memelihara kekudusan para rasul dalam nama-Nya. Inilah yang menjadi aspek penting ketika para
rasul bersaksi tentang kebenaran, kekudusannya itu akan menyinari dunia agar
manusia kosmos menjadi manusia logos. Baru-baru ini dunia melihat dengan jelas
kesaksian RP. Franz Magnis Suseno di persidangan MK tanpa ada rasa takut karena
beliau dipelihara oleh Bapa Yang Kudus. Apapun kebenaran kesaksian itu diungkapkan
akan tetapi belum tercipta persatuan antara Logos dengan manusia kosmos. Oleh
karena itu, dalam doa ini, Yesus menghendaki agar terciptalah persatuan antara
manusia logos dengan manusia kosmos sama seperti Bapa-dan Logos bersatu (persatuan
hipostatis).
Egosentrisme manusia kosmos masih sangat kuat.
Manusia adalah pusat segala-galanya cendrung terpelihara dalam diri setiap orang.
Pekan doa persatuan umat Kristen di seluruh dunia terus dilayangkan tetapi
hasilnya belum memadai adalah bukti dari kecendrungan itu. Masih ada banyak
perpecahan dalam kelompok kelompok kecil seperti di KBG, stasi, Paroki, dan komunitas
lainnya bagaikan menyimpan bara dalam sekam yang kapan saja akan menyala dan
membakar seluruh persatuan yang dibangun sejak semula. Pernahkah saya berdoa
dan menjaga persatuan itu? Atau saya adalah orang yang pertama memotori
perpecahan dalam gereja, kelompok dan lain-lain. Apakah saya mengejar kekudusan
untuk memberi kesaksian yang benar agar dunia percaya pada logos? Ataukah saya
berkolaborasi dengan manusia kosmos, menjaga dan memelihara kesenangan bersama
dalam lorong-lorong kejahatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar