Iklan

Sabtu, 11 Mei 2024

DOA LOGOS VERSUS KOSMOS

 

REFLEKSI MINGGU PASKAH VII TAHUN B

INJIL YOHANES 17:11b-19

RP. Patrisius Dua Witin, CP

 

Sejak abad ke enam belas, diakui bahwa potongan Injil hari ini adalah bagian sentral “doa Yesus sebagai Imam Agung” yang dilayangkan langsung kepada Bapa-Nya. Ini merupakan salah satu bentuk komunikasi Yesus dengan Bapa-Nya melalui doa  (Hari Komsos sedunia). Doa ini dipanjatkan menjelang Yesus beralih dari dunia ini dan ketika itu para Rasul tak lagi bersama dengan Yesus. Ini merupakan bagian dari keraguan Yesus ketika para rasul masih berada di dunia (kosmos) sementara Yesus tidak lagi berada di dunia. Mengingat kedalaman nilai teologis doa Yesus  dalam teks ini, maka setiap orang pasti mempunyai daya nalar yang berbeda-beda untuk menangkap inti sari nilai teologis yang terkadung di dalamnya. Karena itu, ada seorang ekseget mengatakan bahwa ini merupakan doa Logos versus kosmos.  Bagi saya, hal ini sangat menarik untuk dijadikan tema refleksi Hari Minggu Paskah VII karena muncul hal baru yang sedikit berbeda dari biasanya. Barangkali, kita mencoba menggali lebih dalam teks doa Yesus dalam Injil hari ini yang akan mengarahkan kita pada tema:  doa logos versus kosmos atau diberi arti lain dari maksud ini adalah doa Sang Sabda (Logos) untuk melawan kejahatan dunia.

Pertama-tama kita harus meyakini bahwa Yesus adalah Sang Logos yang ditulis oleh Yohanes sejak awal Injilnya  yaitu Firman  itu adalah Allah (Yoh, 1:1) dan Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Sang Logos itu berdoa, Ya Bapa yang Kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu (Yoh 17:11).  Para ekseget berulang kali melihat kembali perbedaan terjemahan untuk menemukan hal baru dalam ayat ini.  Tetapi bagi kita yang terpenting adalah bahwa Yesus, Sang Logos meminta kepada Bapa-Nya yang Kudus  agar para rasul senantiasa dipelihara, dijaga, disimpan dalam nama-Nya karena Yesus tidak lagi ada di dalam dunia (kosmos) tetapi para rasul masih ada di dalam dunia. Dunia (Yunani: Kosmos) yang dimaksudkan adalah keadaan di mana keharmonisan yang telah dihancurleburkan oleh manusia pertama sejak di kebun Eden (Kej. 3:1-24). Ketamakan manusia yang sulit dikompromi ketika mereka melahap buah dari pohon yang dikramatkan oleh Tuhan (Kej. 3:6). Keadaan di mana manusia haus akan kekuasaan untuk menyamakan dirinya dengan Tuhan (Kej. 3:5). Keadaan di mana muncul persaingan manusia untuk mengejar mamon. Dan para rasul akan mengawali misi-Nya di bumi dengan menghadapi  pandemi keserakan akan kekayaan dan kekuasaan yang sedang merajalela. Manusia kosmos penuh rasa curiga, takut, cendrung mengindar ketika manusia logos hadir karena akan terungkap semua kesenangan manusia kosmos dalam lorong-lorong kejahatan. Para rasul menghadapi kuasa-kuasa dunia dengan konsekuensi dari itu adalah ditolak, dibenci, dihina, bahkan mereka sendiri mengorbankan nyawanya. Yesus telah mengalami semua perinstiwa ini, karena itu, Dia berdoa kepada bapa-Nya yang Kudus untuk memelihara para rasul dalam nama-Nya.

Untuk menghadapi semua tantangan ini, Yesus menghendaki agar para rasul  menjadi Kudus. Yudas sudah jatuh karena tidak memelihara kekudusan maka Yesus meminta bapa-Nya untuk memelihara kekudusan para rasul dalam nama-Nya.  Inilah yang menjadi aspek penting ketika para rasul bersaksi tentang kebenaran, kekudusannya itu akan menyinari dunia agar manusia kosmos menjadi manusia logos. Baru-baru ini dunia melihat dengan jelas kesaksian RP. Franz Magnis Suseno di persidangan MK tanpa ada rasa takut karena beliau dipelihara oleh Bapa Yang Kudus. Apapun kebenaran kesaksian itu diungkapkan akan tetapi belum tercipta persatuan antara Logos dengan manusia kosmos. Oleh karena itu, dalam doa ini, Yesus menghendaki agar terciptalah persatuan antara manusia logos dengan manusia kosmos sama seperti Bapa-dan Logos bersatu (persatuan hipostatis).

Egosentrisme manusia kosmos masih sangat kuat. Manusia adalah pusat segala-galanya  cendrung terpelihara dalam diri setiap orang. Pekan doa persatuan umat Kristen di seluruh dunia terus dilayangkan tetapi hasilnya belum memadai adalah bukti dari kecendrungan itu. Masih ada banyak perpecahan dalam kelompok kelompok kecil seperti di KBG, stasi, Paroki, dan komunitas lainnya bagaikan menyimpan bara dalam sekam yang kapan saja akan menyala dan membakar seluruh persatuan yang dibangun sejak semula. Pernahkah saya berdoa dan menjaga persatuan itu? Atau saya adalah orang yang pertama memotori perpecahan dalam gereja, kelompok dan lain-lain. Apakah saya mengejar kekudusan untuk memberi kesaksian yang benar agar dunia percaya pada logos? Ataukah saya berkolaborasi dengan manusia kosmos, menjaga dan memelihara kesenangan bersama dalam lorong-lorong kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar