REFLEKSI
Hari Raya Vigili Pentakosta Tahun B
Injil Yohanes 7:37-39
RP Patrisius Dua Witin, CP
Perayaan Vigili
Pentakosta kurang mendapat perhatian dari Umat, karena semua diarahkan pada
hari Raya Pentakosta. Baiklah dalam refleksi kali ini, kami mencoba membuat
refleksi dari Injil perayaan Vigili Pentakosta Tahun B sehingga bagi umat yang
mengikuti Hari Raya Vigili Pentakosta mengambil bagian dalam refleksi ini.
Semoga
bermanfaat.
Pentakosta senantiasa mengingatkan kita pada peristiwa heroik yang dialami oleh para rasul ketika Roh Kudus turun di atas mereka dalam bentuk gemuru angin dan lida-lida api bertaburan di atas kepala mereka. Pada saat yang sama mereka juga mampu berbicara dalam berbagai bahasa (Kis 2:1-11). Inilah bacaan wajib yang harus dibacakan pada hari raya Pentakosta. Tentu tidak ada salahnya jika saya mengarahkan perhatiaan kita pada Injil Vigili Pentakosta yang secara resmi termuat dalam rubrik Liturgi kita.
Yesus membuka kalimatnya dalam Injil hari ini
berbunyi demikian “Barang siapa haus, baiklah ia datang
kepada-Ku dan minum” (Yoh, 7:37). Seorang ahli Kitab suci mengatakan
bahwa kalimat ini layak digarisbawahi dengan tinta emas karena kata-kata Yesus
berisi undangan untuk datang kepadanya agar minum pada sumber air yang
mengalirkan kehidupan. Sebagaimana Dia mengatakan dirinya sebagai Roti Hidup (Yoh
6: 35,48,52) demikian juga Ia mengatakan diri-Nya sebagai Air Hidup. Orang
akan merasakan, ketenangan, kedamaian, kesejukan, lepas bebas dari beban-beban
hidup ketika mendengarkan firman ini.
Kata-kata sakral yang diucapkan oleh Yesus di atas
bertepatan dengan hari terakhir perayaan Hari raya Pondok Daun (ay 37). Hari Raya Pondok Daun juga disebut dengan festival
syukur panen. Mungkin disamakan juga seperti hari raya Gawai Adat Suku Dayak di
Kalimantan (upacara makan padi baru), mungkin juga seperti orang
Lamaholot membuat ritual “rekan taang wuung, atau juga seperti orang
Lamalera pada ritual Leva setiap tanggal 1 Mei. Dua sejarahwan Yahudi terkenal yaitu Josephus
mengatakan bahwa Hari raya Pondok Daun adalah hari raya Paling Suci, terbesar
dan Sakral di Israel dan Alfred Enderheim menulis bahwa Hari Raya Pondok Daun
adalah Hari Raya yang paling menggembirakan di Israel. Banyak ulasan tentang
perayaan ini bahkan ditulis serinci mungkin mengenai tata cara perayaan Pondok
Daun tetapi bagi kita, cukuplah mengetahui beberapa hal penting saja yang dapat membantu kita untuk
merenungkan firman Tuhan hari ini.
Hari Raya Pondok Daun dirayakan selama 7 hari
berturut-turut dan semua penduduk asli Israel harus keluar dari rumahnya dan
tinggal di pondok-pondok selama 7 hari. Dengan demikian mengingatkan kepada
semua generasi Israel tentang pengalaman bagaimana TUHAN membawa nenek
moyangnya keluar dari Mesir dan tinggal di pondok-pondok selama 40 tahun. Simbol
utama dalam perayaan ini adalah air untuk mengingatkan generasi Israel bahwa
TUHAN telah memberi mereka air yang
keluar dari batu wadas selama mengembara di padang gurun selama 40
tahun. Pada hari terakhir bertepatan dengan tata ritual yakni air diambil dari
kolam siloam dengan kendi emas oleh para imam dan dihantar ke bait Allah, Yesus
tampil memukau dengan kalimat-Nya:
“Barang siapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum” (bdk Yoh
4:10.13-14). Ritualisasi dalam konteks Perjanjian Lama kini diubah oleh
Yesus sebagai penggenapan Perjanjian Baru dalam diri-Nya yakni sebagai sumber
air hidup. Air tidak lagi mengalir keluar dari dalam batu-batu wadas (PL)
melainkan air keluar dari hati Yesus
yang akan memberikan kehidupan kekal (PB). Yang dimaksudkan oleh Yesus adalah Roh yang
akan diterima oleh semua orang yang percaya pada-Nya (ay. 39).
Roh Kudus tidak hanya berefek heroik sebagaimana
yang dialami oleh para rasul ketika Roh Kudus menaungi mereka. Roh Kudus tentu
mengalir seperti air hidup yang memberikan kesejukan, kedamaian, keamanan, dan
ketenangan bagi semua orang yang percaya pada-Nya. Kita telah menerima Roh Kudus
tentu akan mengalirkan air hidup yang sama kepada orang lain agar mereka juga
mendapatkan kesejukan, ketenangan dan kedamaian. Pernahkah saya datang kepada
Yesus untuk menimbah air hidup? Pernakah saya mengalirkan air hidup kepada
sesama sebagaimana Yesus mengalirkan air hidup dari hati-Nya untuk keselamatan semua
orang? Ataukah saya mengalirkan air kotor, air limbah, air busuk yang dapat menimbulkan sakit dan penyakit pada
orang lain?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar