Kamis, 08 Oktober 2020

YUBILEUM 300 TAHUN KONGREGASI PASIONIS

SIAPAKAH SANTU PAULUS DARI SALIB? 

Bagian Pertama

Oleh : Patrisius Dua Witin, CP


  Paroki Kotenwalang berdiri dengan mendedikasikan dirinya di bawah naungan orang Kudus Santu Paulus dari Salib. Persoalannya, siapakah Santu Paulus dari Salib dan mengapa paroki ini memilih Santu Paulus dari Salib sebagai pelindungnya. Dua pokok persoalan ini yang membuka wawasan kita untuk mengenal siapa sebenarnya Santu Paulus dari Salib. Berkenaan dengan perayaan Yubileum 300 Tahun Kongregasi Pasionis maka secara bertahap kami memperkenalkan siapa sebenarnya Santu Paulus dari Salib pendiri Kongregasi Pasionis.

1.       Kelahiran

Santu Paulus dari Salib adalah pendiri Kongregasi Biarawan (Pastor dan Bruder Pasionis), Biarawati (Rubiah Passionis), dan Awam Pasionis.  Lahir di Ovada, Italia pada tanggal 03 Januari 1694 dari pasangan Lukas Danei dan Annamaria Massari. Keluarga Danei cukup kaya dengan memiliki perusahan tenunan dan tali. Akibat pertentangan politik terus menerus antara Piemonte, Lombardia dan Genova,  ekonomi keluarga Danei runtuh sehingga mereka terpaksa berdagang pun harus berpidah-pindah seperti kata orang  Lamaholot, “orang papalele”. Meskipun demikian ibunya Annamaria Massari selalu memberikan ajaran iman Katolik kepada anak-anaknya. Tentang menjadi apakah anak ini nanti (Paulus Danei),  Annamaria Massari telah menyadari intuisi rohani sejak dalam kandungannya. Atas dasar intuisi itu, ibunya selalu mengajarkan Paulus untuk mencinta Sengsara Yesus dan menjalani doa dan lakutapa sesuai dengan para pertapa kuno di padang gurun pada waktu itu.

Tahun 1701 keluarga Danei pindah ke Kremolino dan di sana mereka berkenalan dengan Girolamo Pallavicini, seorang bangsawan dan bekerjasama dalam perusahan Lukas Danei. Dan di sinilah Paulus Danei mendapat kesempatan untuk belajar pada pastor-pastor Karmelit dan kemudian meneruskan studinya di Genova selama 5 tahun tetapi Paulus tanpa hentinya membantu bekerja di perusahan ayahnya.

2.       Menjadi Prajurit

Antara tahun 1713 dan 1714, ketika itu Paulus Danei berumur sekitar 20 tahun, dia mengalami perubahan rohani yang  mendalam maka ia mengambil keputusan untuk mengadakan pengakuan dosa dan menyerahkan diri secara utuh demi pelayanan Allah  dan Gereja.  Tindakan  nyata yang pertama sebagai konsekuensi keputusannya adalah menjadi Prajurit angkatan Venezia yang sedang disiapkan untuk berperang  melawan Turki.  Paulus bermaksud masuk dalam angkatan ini sebagai sukarelawan tanpa menerima g

 

Minggu, 20 September 2020

HIDUP SALING MENJAGA

(Refleksi atas lingkungan hidup)

Oleh: Patrisius Dua Witin, CP

 

      Sekelompok pencinta alam dari paramedis Puskemas Waklibang yang dipelopori oleh kepala Puskesmas Waklibang mengadakan camping di Belah Bukit, Kotenwalang sekaligus menikmati indahnya sunset Belah Bukit. Malam sekitar pukul 20.00 WIT ada renungan dengan tema: “Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita”.Kegiatan ini merupakan sebuah bentuk kepedulian terhadap alam yang berangsur-angsur rusak dijarah manusia. Alam tak perlu dijaga karena secara alamiah alam dapat menyembuhkan dirinya sendiri untuk dapat meneruskan kosmogenesis.

                Lima puluh tahun yang lalu, ketika manusia masih lesu berbicara tentang alam yang rusak dan dampaknya terhadap manusia, Thomas Berry, CP sudah gencar berbicara tentang kerusakan alam oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. Beliau meramalkan bahwa abad 21 manusia akan mengalami perubahan dari era kenozoicum menuju era “ecozoicum” artinya bahwa manusia mulai menyadari alam sebagai “rumah kehidupan”. Ramalan Thomas Berry terbukti yang ditandai dengan gencarnya kampanye cinta lingkungan di berbagai kelompok, apapun namanya kelompok itu.  Tema “ Kita jaga alam, alam jaga kita” yang ditawarkan oleh paramedis puskesmas Waiklibang menggambarkan bahwa di antara manusia belum ada kesepahaman mengenai pentingnya kosmos bagi keberlangsungan semua ekosistem yang ada di bumi.  Pada dasarnya, alam tak perlu dijaga dan alam tak perlu menjaga kita. Maksud tema  di atas sebenarnya ingin mengajak kita untuk menjaga alam dari kerakusan manusia yang telah menjarah alam untuk melayani properti manusia.

                Penguasaan alam oleh manusia yang dilandasi pandangan “antroposentrisme” di mana manusia menjadi pusat segala-galanya berdampak pada pemiskina n bumi, padahal  manusia  hanya  satu bagian kecil dari semua spesies yang ada di kosmos ini.  Konektivitas atas semua spesies bermaksud mengatur keseimbangan semua eksistem yang ada di bumi. Manusia telah merusakan keseimbangan semua ekosisten itu yang berdampak pada perubahan iklim dan munculnya berbagai jenis penyakit yang sulit ditolerir. Penyakit-penyakit selalu up to date. Ketika petugas kesehatan berinovasi obat-obatan untuk meredam berbaga jenis penyakit, penyakitpun beriinovasi dengan virus-virusnya. Corona virus 19 yang tengah menyerang manusia akibat ketidakseimbangan ekosistem yang ada. Corona virus 19  yang berasal dari kelelawar sesungguhnya berpindah pada sesama binatang  justru kini menyerang sel manusia sebagai inangnya.

Bagaimanapun, kita harus menyingsingkan lengan baju untuk pemulihan sistem ekosistem bumi kita.

 

Rabu, 01 April 2020

CORONAVIRUS COVID 19 UNTUK MENYATAKAN KEMULIAAN TUHAN


Hari ini tanggal 29 Maret 2020 merupakan moment pertama terjadi dalam hidup saya sebagai imam yakni merayakan misa di gereja paroki tanpa umat dengan alasan  virus Corona (Covid 19) menyerang seluruh dunia. Virus yang menyebar melalui kontak fisik ini telah memakan korban hampir mencapai jutaan orang di seluruh dunia. Negara sehebat Amerika yang dikatakan super power dunia tertunduk lesu menghadapi covid 19. China dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia telah pulih meskipun Wuhan sebagai tempat pertama munculnya coronavirus. Israel yang disebut-sebut sebagai bangsa pilihan Allah tak punya kuasa untuk menahan lajunya virus ini. Uni Eropah yang tergabung dalam  Negara-negara maju dengan ilmu dan teknologi tinggi harus betekuk lutut di hadapan coronavirus covid 19.
                Manusia hanyalah salah satu bagian kecil dari kosmos ini yang tidak harus bangga dengan  kemampuan yang  dilengkapi oleh Tuhan, seolah-olah  dia di atas segala-segalanya.  Coronavirus  covid 19 sesungguhnya mau membungkang kecongkakan manusia dalam menggagungkan intelektualnya dalam berbagai bidang. Yesus bilang  "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." (Yoh 11:4). Seluruh dunia harus bertobat atas semua kecongkakan itu untuk melawan coronavirus covid 19 dan betekuk lutut di hadapan Tuhan. "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
(Matius 4:10)

Jumat, 27 Maret 2020

CORONA MATAHARI HANYA TERJADI DI LEWOKOLI


Adakah ramalan gerhana Matahari pada tanggal 26 Februari 2020 dari BMKG?  Semua berita di media tidak merilis kejadian ini. Tetapi  tanggal 26 Februari 2020 tepat pada hari RABU ABU umat Katolik  desa Aransina, Lewokoli, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, NTT menyaksikan peristiwa  gerhana Matahari dengan Corona yang sangat indah. Saat, tengah misa penerimaan abu  di kapela, beberapa umat yang duduk di luar kapela menyaksikan kejadian ini dan sempat mengambil gambarnya.  Anehnya bahwa gerhana ini hanya disaksikan oleh beberapa umat saja yang  duduk di luar kapel. Daerah  lain sekitarnya seperti Koten, Kolotobo, Basira, dan Tone tidak menangkap kejadian ini dan mungkin seluruh Indonesia bahkan hampir seluruh dunia tidak menyaksikan kejadian ini. Berita yang sama juga muncul corona Matahari di Vatikan di atas Basilika tapi apakah kejadian ini sama waktunya dengan di Lewokoli tadi. Perlu ada konfirmasi lebih lanjut.
Seminggu kemudian  berita heboh wabah Corona (covid 19) yang terjadi di China dan menyebar ke seluruh dunia. Covid 19 antara tulah dan berkat. Teknologi semakin hebat, semakin hebat juga virus-virus yang menyebar tanpa anti virus. Jika ada virus, pasti ada anti virus tapi virus yang satu ini bejalan tanpa anti virus.  Virus covid 19 bukan virus biasa karena dalam waktu singkat seluruh perangkat lunak yakni organ tubuh dan prangkat keras negara, fasilitas negara, ekonomi, relasi sosial-politik  hancur lebur. Benarkah dari alam dan juga karena kelengahan manusia seperti yang terjadi pada virus ebola, flu burung dan lain-lain? Bukankah virus komputer yang menghancurleburkan perangkat komputer juga buatan manusia sekaligus mereka membuat anti virusnya? Siapakah yang bisa membuat anti virusnya?  Yang bisa mengetahui hal ini hanya Tuhan. Tuhan  itu baik dan Dia pasti tidak mengendaki kejadian ini.
Tanda alam,  corona Matahari di Lewokoli mengingatkan saya bahwa pasti ada kejadian besar yang akan terjadi secara khusus bencana dunia. Dan itu benar terjadi dengan covid 19. Virus yang paling sadis di abad ini seperti senjata pembunuh massal.  Yang mampu berperang melawan Covid 19 adalah diri kita sendiri, bukan tentara atau dokter. Kita percaya pada Tuhan sebagai asal dan tujuan hidup kita.  Siapa yang membuat ukuran maka ukuran yang sama akan diukur padanya. Badai pasti akan berlalu tapi  Kasih  Setia Tuhan selamanya. 

Senin, 16 Maret 2020

BELAJAR DARI TELADAN SANTO PATRISIUS


Riwayat Singkat

Santo Patrisius lahir di Inggris tahun 389. Anak seorang pegawai Romawi keturunan Skotlandia. Ketika berusia 16 tahun, ia diculik oleh segerombolan perampok, dan dijual sebagai budak belian di Irlandia. Selama 6 tahun sebagai budak, ia mengalami banyak perlakuan tidak adil dan penindasan. Perlakuan ini menimbulkan kebencian terhadap bangsa Irlandia, yang kebanyakan orang Kafir. Situasi ini mendorong dia untuk melarikan diri dan berniat satu saat akan mempertobatkan bangsa tersebut, dan mereka mengenal Kristus. Ia menyadari penculikan tersebut sebagai jalan Tuhan agar ia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Kesadaran akan cinta Kristus terhadap bangsa tersebut.

Niat untuk mempertobatkan itu semakin kuat, karena kenyataanya hidup orang Irlandia yang kafir itu. Ia berhasil melaksanakan tekatnya dan meloloskan diri dari cengkeraman hidup sebagai budak. Dia pergi ke Perancis, di sana ia masuk sebuah biara. Dia  menempuh studi imamat.  Setelah menyelesaikan studinya, ia ditahbiskan menjadi imam. Karyanya dalam tugas imamat sangat gemilang dan berhasil mempertobatkan bangsa Irlandia. Karya ini semakin nampak ketika ia diangkat menjadi uskup dan mendirikan Gereja di Irlandia.

Proses menuju Imamat

Patrisius menempuh pendidikan imamat di Perancis. Selama masa pendidikan ia terkenal sebagai orang yang rajin, tekun, ulet dan disiplin yang tinggi. Dia juga menyadari bahwa sikap yang dia miliki adalah rahmat dari Allah. Allah yang menyertai dia, menuntun dalam segala perjuangannya. Hal ini tampak lewat perjuangan belajar dan komitmen yang kuat dengan tetap menyediakan waktu untuk berdoa.

Prestasi belajar yang gemilang mengalir dari kehidupan yang teratur dan disiplin yang tinggi serta usaha keras dalam belajar dan berdoa. Baginya studi itu sulit dan gampang, tetapi dia juga yakin bahwa Allah yang menjadi kekuatannya. Keyakinan atas karya Tuhan dalam hidupnya terungkap dalam penyerahan diri yang total kepada Allah. Dia diteguhkan lewat kata-kata yang disampaikan oleh St. Paulus kepada jemaat di Roma, “ Allah mengerjakan segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi siapa saja yang mengasihi Dia” (Rm 8:28). Patrisius yakin bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal, terutama pengalaman yang dia alami, dalam perjuangannya.


Hal yang menarik ialah St. Patrisius, sebelum dan sesudah aktivitas harian dia selalu mohon berkat dan syukur atas penyertaan Tuhan. Komitmennya yang kuat dan dengan tekat yang bulat dalam melakukan segala sesuatu dengan baik, menghantar dia menjadi seorang imam yang berhasil dan sungguh beriman.  Imannya yang besar, melihat segala sesuatu baik adanya, bahkan peristiwa seberat apapun yang dia alami, dia tetap yakin bahwa Tuhan tetap memberikan yang  terbaik dalam hidupnya. Dia yakin Tuhan tidak akan mengingkari janji, janji Tuhan pasti dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan-Nya. Kesulitan, tantangan dan cobaan yang dihadapinya  mengantarnya lebih dekat pada Yesus.

Menjadi seorang imam

Bagi St. Patrisius menjadi seorang imam adalah suatu panggilan yang suci. Dia mengakui bahwa panggilan khusus seorang imam adalah untuk “menguduskan dan menyucikan orang lain”.  Artinya lewat sakramen-sakramen tobat. Juga tugas lain adalah sebagai nabi yaitu mewartakan firman Allah, kabar gembira Yesus Kristus kepada sesama. Dengan demikian orang lain juga menerima kabar gembira tersebut, serta mengalami dalam hidup. Tugas imam yang ketiga adalah menjadi Raja. Raja bukan dalam pengertian menguasai, tetapi seorang raja yang melindungi, menyelamatkan orang lain. Ketiga tugas ini adalah mulia sekaligus menuntut tanggung jawab yang besar dari seorang imam. St. Patrisius yakin bahwa Allah yang menawarkan panggilan indah ini, juga dituntut suatu jawaban yang serius dan tekun. Dia menambahkan bahwa tugas ini berat tetapi Allah terus dan terus mencurahkan rahmat-Nya. Inilah yang membuat dia tidak takut dalam segala hal.

St. Patrisius selalu mendengungkan hal ini “seorang imam harus punya pengalaman pribadi dekat dengan Yesus. Ungkapan ini mengandung banyak arti sekaligus suatu refleksi yang tak ada akhir. Dia mengulas demikian; Doa adalah sangat penting bagi seorang imam. Dengan doa ia akan semakin dekat, mengenal dan perlahan-lahan mengerti sedikit apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidupnya. Doa juga menjadi motor dalam pewartaan. Doa itu sangat penting. Memang benar, kesaksian St. Patrisius memukau dan mempertobatkan orang Irlandia karena pewartaan yang disertai doa.

Relasi yang dekat dengan Yesus, menumbuhkan cinta yang terus berkobar dalam hati. Cinta inilah yang mendorong dia untuk terus belajar dari Yesus. Sabda Tuhan yang hidup sungguh menyapa dia, dan membawa dia untuk memahami rencana dan kehendak Tuhan.  Doa dan membaca Firman, dua aspek yang tidak dapat dipisahkan, inilah kekuatan dan pedang yang kokoh dan kuat dalam pewartaan. Seorang imam juga harus rendah hati dan berani berkorban sama seperti Kristus.

Semangat Pelayanan dan Pewartaan Orang-orang Irlandia

Bagi seorang pewarta suatu tantangan besar jika melakukan atau mengembangkan misi kepada orang yang belum mengenal Kristus. Pengembangan misi di Irlandia, pada waktu itu  adalah taruhan nyawa hidup atau mati. Mengapa? Karena bangsa Irlandia masih kafir.

St. Patrisius yakin bahwa dia melakukan karya Allah sendiri, maka dia tertegun dengan kata-kata; “sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada” (Kis 17:28). Patrisius menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan sejak awal dan dipilih oleh Tuhan. oleh karena itu, dia tidak takut menghadapi orang-orang Irlandia yang kafir itu. Dia berpegang pada kuasa dan rahmat Tuhan yang melindunginya. Dia juga tahu bahwa dia hanyalah alat di tangan Allah, Allahlah yang melengkapi segalanya.  Dengan keyakinan ini, mulailah ia berkarya dan hidup di tengah-tengah orang kafir.


Dalam perjalanan waktu, dia mengamati cara hidup orang-orang kafir dan bergaul erat dengan mereka. Orang-orang kafir tersebut, kagum dan heran akan penampilan St. Patrisius yang sederhana, berwibawa, kata-kata dan sapaan yang sangat bijaksana serta keramahannya terhadap semua orang. Lambat laun orang mulai tertarik dan penasaran. Lalu mereka bertanya. Apa rahasianya supaya seperti tuan? Dari mana tuan mempelajari semuanya itu? Dialog dengan beberapa orang ini rupanya awal yang baik. Bagi St. Patrisius inilah saat yang tepat. Dia mulai menjawab bahwa Yesuslah Sang guru sejati. Dalam Yesus ada kesederhanaan, kebijaksanaan, keramahan dan kasih. Dari pengalaman beberapa orang tersebut, mulailah tersiar kabar bahwa ada sesuatu karya yang baru di Irlandia.

Makin hari semakin banyak orang mendengar dia. Di pihak lain orang Irlandia juga  terbuka terhadap ajaran baru tersebut. Maka dari itu, orang semakin berdatangan dan mendengarkan dia. Cara hidup sederhana, sikap ramah dan berwibawa semakin memikat orang banyak. Khotbah-khotbahnya penuh wibawa, ada kuasa, menggetarkan para dukun-dukun dan kepala suku tetapi justru membuat banyak rakyat bertobat. Pemimpin-pemimpin Irlandia yang masih kafir berhasil diyakinkannya dan sebagai tanda ajaib, panglima perang beserta anak buahnya ditobatkan dan dipermandikan.

St. Patrisius semakin dipenuhi rasa syukur yang berlimpah-limpah kepada Tuhan atas karyanya di Irlandia. Kenyataan ini mendorong dia untuk terus berjuang dan mengembangkan kerajaan Allah di Irlandia. Kenyataan ini mendorong dia untuk terus berjuang dan mengembangkan kerajaan Allah di Irlandia. Hidup dan penampilan St. Patrisius ternyata menarik cukup banyak pemuda dan pemudi untuk bergabung dengan St. Patrisius. Pada waktu itu banyak dari antara mereka yang menjadi biarawan, biarawati dan menyerahkan hidup secara khusus kepada Tuhan. Karena semakin banyak orang terpikat oleh cara hidup St. Patrisius, maka mulailah ia mendirikan biara dan Gereja di Irlandia. Sejalan dengan peristiwa ini orang-orang Irlandia yang baru bertobat itu mendukung dan membantu St. Patrisius untuk pengembangan misi tersebut.

Karyanya sebagai imam semakin termasyur maka tahun 432, ia ditahbiskan menjadi uskup Misionaris dan diutus oleh Paus ke Irlandia. Pewartaanya semakin gencar lagi ketika menjadi uskup. Dia terkenal sebagai seorang uskup yang rendah hati, ramah bijaksana dan memimpin umatnya dengan penuh kasih sayang.

Senja hidupnya dihabiskan dengan berdoa dan bermeditasi, khususnya berdoa terus untuk bangsa Irlandia. Dia meninggal dunia tahun 461. St. Patrisius dipandang sebagai seorang rasul bangsa Irlandia. Meskipun sudah meninggal nama Patrisius tetap harum di tengah umat, tetap dikenang karena penampilanya yang sederhana, khotbahnya yang menarik banyak orang, serta pandai mengulas ayat-ayat Kitab Suci dengan sederhana. Lewat cara ini membawa banyak orang untuk mengenal Kristus.

Teladan St. Patrisius


·         Menyerahkan segala kesulitan apapun pada Tuhan. Untuk melakukan hal ini diandaikan orang harus punya iman kepada Tuhan Yesus. Memang, tidak semua peristiwa begitu mudah dipersembahkan kepada Tuhan. namun kenyataannya St. Patrisius telah melakukannya. Kita juga diajak lewat hidup St. Patrisius bahwa kalau ada persoalan, kesulitan dan tantangan kita berdoa dan mempersembahkan kepada Tuhan. Dalam praktiknya sulit, tetapi mari kita usahakan terus menerus, sambil mohon rahmat iman agar kita mampu menghadapi peristiwa tersebut. St. Patrisius adalah, contoh terbaik bagi kita, agar kita sebagai orang beriman berani menyerahkan diri secara total kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan.
·         Tekun dan rajin dalam menjalankan tugas serta setia dalam doa dan merenungkan firman. Dalam Masyarakat kita jumpai banyak orang sukses dalam karya-karya dan usaha karena mereka tekun dan serius dalam perjuangan. Dalam dunia orang kudus banyak dari mereka, yang setia, tekun dan rajin dalam doa. Doalah yang membawa mereka lebih dekat dengan Yesus. Mereka tekun, setia, dan terus berjuang dalam mengikuti Yesus. Mereka mengalami indahnya sebuah penderitaan dan kemuliaan bersama Yesus. Rahmat yang mendorong mereka untuk terus berjuang. Sikap lain adalah disiplin dalam segala hal, mengerjakan dan melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggungjawab. Kerendahan hati berarti menerima secara benar bahwa setiap manusia punya kelemahan dan kelebihan. Sikap rendah hati, disiplin, tekun dalam doa, inilah yang kita kembangkan sebagai kaum beriman.

Semangat cinta kasih dalam pewartaan.



Dasar pewartaan adalah mencintai Tuhan dan sesama. Dia telah mengalami bahwa Yesus mencintainya, di lain pihak Yesus juga mencintai orang lain. St.Patrisius ingin agar orang lain juga mengalami cinta yang sama. Memang tidak semua orang dipanggil untuk mewartakan sabda. Namun setiap orang beriman dipanggil untuk mengasihi sesama lewat kata-kata yang penuh kasih, menghibur orang yang susah dan sedih bahkan mendoakan mereka. Dan yesus sendiri pernah mengatakan bahwa, “ Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu sedemikian pula kamu harus salng mengasihi” (Yoh 13:34). Dalam kehidupan iman katolik, patutlah kita bersyukur kepada Tuhan karena ada orang kudus yang memberikan contoh terbaik bagi kita. Mari kita meneladani iman St. Patrisius sambil memohon rahmat Tuhan, agar kita juga diberi rahmat oleh Allah dalam sepanjang perjalanan hidup kita.

Sumber : carmelia.net

SERAH TERIMA JABATAN KEPALA SEKOLAH SDK KOTENWALANG TIDAK SESUAI DENGAN PEROSEDUR/ PREMATUR


SDK Kotenwalang adalah sekolah yang tertua di wilayah gugus Kopong Dei yang berdiri sejak tahun 1948. Misi Katolik punya peran besar pada waktu itu dalam hal mencerdaskan generasi  bangsa melalui pendidikan dasar. Kemajuan apapun yang akan dirahi jika sumber daya manusia turut mendukung kemajuan itu. Oleh karena itu, tak dapat disangkal lagi bahwa generasi manusia Kotenwalang yang pernah berhasil dan turut mengharumkan nama Kotenwalang berkat  lembaga Pendidikan SDK Kotenwalang ada di sana. Sebut saja beberapa nama yaitu: Lukas Homo Koten pernah menjabat Asisten II Bupati Flores Timur, Thomas Tolek Kelen, pernah menjadi kepala BKD  dan Camat Tanjung Bunga, Dominikus Luro Kelen, imam pertama Tanjung Bunga, Hans Kelen, kepala SMP Negeri 3 Tanjung Bunga, Karolus Dagang Koten, Kepala SD Inpres Lewokoli, dan masih ada  mantan kepala sekolah yang sudah meninggal. Semuanya  pernah belajar di SDK Kotenwalang.
                Akhir-akhir ini, nama besar SDK Kotenwalang dipertanyakan. Dana BOS SDK Kotenwalang bermasalah dan sedikit sembrono dan liar adalah serah terima Jabatan Kepala Sekolah dari Wilhelmus Witak Padung kepada  Laus Kelen dilaksanakan sembunyi-sembunyi di Beloaja, tempat asal bapak Laus Kelen tanpa dihadiri oleh siapapun padahal serah terima Jabatan Kepala Sekolah harus dalam acara potokoler dan ditanda tangani oleh 2 orang saksi di Lingkungan SDK Kotenwalang. Ini merupakan serah terima jabatan antara dua orang yang sudah  bekerjasama selama ini yakni Wilhelmus Witak Padung Kepala sekolah dan Laus Kelen adalah bendahara dana BOS  SDK Kotenwalang. Yang memprihatinkan lagi adalah operator sekolah tidak diketahui siapa orangnya. Wilhelmus Witak Padung mantan kepala sekolah memakai orang yang tinggal di Larantuka yang diketahui asal usulnya untuk menjadi operator SDK Kotenwalang. Oleh karena itu, kami mohon  agar  Bapak Kepala Dinas PKO Kabupaten Flores Timur dapat meninjau kembali penempatan para kepala Sekolah di wilayah Gugus Kopong Dei yang nota bene penyegaran dalam lingkungan pendidikan. Penempatan kepala Sekolah SDK Kotenwalang ditinjau kembali supaya ada pembaharuan.  SDK Kotenwalang bukan milik Wilhelmus Witak Padung dan Laus Kelen tetapi ini adalah milik Yayasan Yapersuktim. Bagi kami cara ini tidak elok untuk  nama besar SDK Kotenwalang yang selama ini melayani pendidikan di wilayah gugus Kopong Dei.


Jumat, 06 Maret 2020

SERAH TERIMA JABATAN KEPALA SEKOLAH DASAR DI GUGUS KOPONG DEI, KOTENWALANG.


Hari ini tanggal 6 Maret 2020 terjadi serah terima jabatan Sekolah di lingkungan Sekolah Dasar Gugus Kopong Dei, Kotenwalang bertempat di  SDK Kotenwalang. Serah terimah jabatan ini dilaksanakan secara serempak yakni: Bapak Pius Lewar Kepala Sekolah SDK Nubuntawa menyerahkan jabatan  kepala Sekolah kepada Bapak Paulus Bela Kolin sebagai pejabat baru. Kedua, bapak Karolus Dagang Koten kepala Sekolah SDN Latoliwo, Basira menyerahkan jabatan kepala sekolah kepada bapak Pius Lewar sebagai pejabat baru. Ketiga, Bapa Paulus Bela Kolin kepala sekolah SDI Lewokoli menyerahkan jabatan kepala  Sekolah kepada bapak Karolus Dagang Koten sebagai Pejabat yang baru.  Sangat disesalkan  Bapak Wilhelmus Witak Padung  kepala sekolah SDK Kotenwalang tidak hadir untuk menyerahkan jabatan kepala sekolah kepada bapak Laus Kelen sebagai pejabat yang baru. Oleh karena itu jabatan kepala Sekolah SDK Kotenwalang gagal serah terima jabatan.
  Ini hanya rolling jabatan di sekitar Gugus Kopong Dei sebagai penyegaran jabatan di antara mereka. Janganlah berharap banyak  tentang kepala Sekolah baru yang akan datang dari luar untuk mengabdi di Wilayah Kotenwalang karena medan kerja yang sangat sulit dan diperlukan penyesuaian bertahun-tahun dan itu kalau mereka mampu bertahan. Tercatat 5 rombongan sekolah besar hanya memiliki 11 PNS  dengan rincian. SDI Lewokoli kepala sekolah ditambah satu guru PNS, SDK Kotenwalang, kepala sekolah tambah satu PNS, Kolotobo, kepala sekolah ditambah 2 guru PNS, Basira, kepala sekolah  tambah satu guru PNS, Tone, kepala sekolah tambah satu guru PNS. Dengan kondisi real seperti ini maka kita tidak berharap banyak tentang mutu pendidikan yang di wilayah ini. Oleh karena itu, janganlah heran jika NTT menjadi propinsi yang mutu pendidikan terjelek karena menempati urutan terakhir dari semua propinsi di Indonesia. Bagaimanapun juga kita memberi apresiasi bagi para kepala sekolah tersebut di atas karena sudah bertahun-tahun mereka telah mengabdikan dirinya di Kotenwalang yang nota bene, tempat terpencil yang  tak mungkin disukai banyak orang.