Iklan

Selasa, 30 April 2024

SESUNGGUHNYA AKU INI ADALAH HAMBA TUHAN

 

REFLEKSI PEMBUKAAN BULAN MARIA

1 MEI 2024

INJIL LUKAS 1:26-38

Oleh. RP. Patrisius Dua Witin, CP


Lukas adalah Satu-satunya  pengarang Injil secara konsisten dan sistematis menulis Injilnya sejak kelahiran hingga Kebangkitan Yesus. Satu-satunya penulis yang berani memecah keheningan dalam penantian panjang ketidakpastian berita kelahiran Sang Mesias (Lukas, 1:26-38). Perikop awal kelahiran Yesus  dalam Injil  ini tidak ditemukan paralelnya baik dalam Injil Sinoptik maupun dalam Injil Yohanes. Perikop ini merupakan khas dari Injil Lukas yang diduga merupakan permenungan atas dasar fakta yang mendalam. Mungkin saja ada pihak tertentu menilai miring tentang perikop ini yaitu ketidakmungkinan melibatkan peran Malaikat Gabriel. Apapun penilaian itu tetapi kita sebagai Umat yang memiliki keyakinan penuh akan memetik buah-buah kebenaran iman terutama dalam hubungan dengan kebenaran iman Maria.

Proyek penyelamatan Allah (oeconomia salutis) tidak semata-mata peran tunggal dari Allah melainkan Allah memakai peran manusia untuk ambil bagian dalam proyek besar ini. Maria adalah satu-satunya perempuan muda yang dipilih Tuhan untuk bertanggungjawab penuh atas  inkarnasi Sang Sabda (Yoh,1:14). Persoalannya adalah mengapa Maria yang dipilih oleh Tuhan? Tentu hal ini menjadi sebuah pertanyaan besar karena Maria hanya seorang perempuan sederhana yang datang dari daerah terpencil, Nazareth. Keterlibatan manusia  dalam proyek Penyelamatan Allah seesungguhnya tanpa ada Verifikasi data faktual, tanpa ada kepentingan orang dalam, tanpa intervensi kekuasaan, tanpa ada test kompetensi dasar, dan lain-lain. Allah justru memakai orang-orang sederhana yang kurang diperhitungan dalam hubungan dengan golongan, ras, status sosial, dan kedudukan. Maria adalah salah satunya selain Yohanes Pembaptis, para rasul dalam hubungannya dengan kategori ini. Tanpa mengurangi argumentasi di atas, paling tidak ada semacam ujian wawancara untuk memenuhi prasyarat kesiapan dalam kerjasama Proyek Penyelamatan Allah.

Barangkali kita mencoba mengulas isi wawancara Malaikat Gabriel dengan Maria yang menjadi makna terdalam dalam perikop ini. Sepertinya tidak ada negosiasi, tidak ada diplomasi, tidak ada basa-basi, tetapi Malaikat langsung menekan pada inti pesannya yaitu “Engkau yang dikaruniai, Tuhan Menyertai Engkau” (ay 28). Maria tidak merespons dengan  jawaban apapun terhadap salam itu. Ia malahan terkejut dan kemudian menimbulkan pergolakan batin (ay 29). Kasih karunia Allah berisi point-point penting yang diberikan kepada Maria yaitu mengandung seorang anak laki-laki, menamai Dia Yesus, menjadi Anak Allah Yang Mahatinggi, menempati Tahta Daud Bapa Leluhurnya, menjadi raja atas kaum keturunan Yakub, Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (ay 30-33). Ini merupakan berita gembira penggenapan peralihan dari masa penantian perjanjian lama menuju Perjanjian baru. Bagi Maria, ini adalah mustahil terjadi tetapi bagi Allah segala sesuatu menjadi mungkin (ay 35-37). Hasil akhir wawancara singkat ini kemudian diamini oleh Maria dengan penyerahan diri total.  “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (ay 38). Sejak itu, Maria dihormati dengan berbagai gelar-gelar yang diberikan kepadanya baik secara pribadi maupun secara institusional.

Karunia-karunia diberikan  oleh Allah kepada siapapun dengan mengandaikan adanya tanggapan iman dari sang penerima.  Mungkin bagi manusia hal itu mustahil untuk mendapatkannya tetapi bagi Allah segala sesuatu menjadi mungkin. Dalam perjalanan waktu, karunia-karunia  Tuhan yang masih tersamar akan membuka kesadaran manusia untuk mengakui kebenaran iman. Hal ini mengandaikan ada kerendahan hati manusia dalam mengelolah karunia yang diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma. Pernakah anda menyadari bahwa ada banyak karunia diberikan Tuhan kepada anda? Apakah anda dengan rendah hati menanggapi tawaran-tawaran itu? Ataukah anda menolaknya dengan sombong disaat sekularisme sedang mengerogoti sendi-sendi kehidupan iman kita?  Ataukah anda akan menjawab, kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan (Luk, 17:10).

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar