REFLEKSI PEMBUKAAN BULAN MARIA
1 MEI 2024
INJIL LUKAS 1:26-38
Oleh. RP. Patrisius Dua Witin, CP
Lukas adalah Satu-satunya pengarang Injil secara konsisten dan sistematis menulis Injilnya sejak kelahiran hingga Kebangkitan Yesus. Satu-satunya penulis yang berani memecah keheningan dalam penantian panjang ketidakpastian berita kelahiran Sang Mesias (Lukas, 1:26-38). Perikop awal kelahiran Yesus dalam Injil ini tidak ditemukan paralelnya baik dalam Injil Sinoptik maupun dalam Injil Yohanes. Perikop ini merupakan khas dari Injil Lukas yang diduga merupakan permenungan atas dasar fakta yang mendalam. Mungkin saja ada pihak tertentu menilai miring tentang perikop ini yaitu ketidakmungkinan melibatkan peran Malaikat Gabriel. Apapun penilaian itu tetapi kita sebagai Umat yang memiliki keyakinan penuh akan memetik buah-buah kebenaran iman terutama dalam hubungan dengan kebenaran iman Maria.
Proyek penyelamatan Allah (oeconomia salutis)
tidak semata-mata peran tunggal dari Allah melainkan Allah memakai peran
manusia untuk ambil bagian dalam proyek besar ini. Maria adalah satu-satunya
perempuan muda yang dipilih Tuhan untuk bertanggungjawab penuh atas inkarnasi Sang Sabda (Yoh,1:14).
Persoalannya adalah mengapa Maria yang dipilih oleh Tuhan? Tentu hal ini
menjadi sebuah pertanyaan besar karena Maria hanya seorang perempuan sederhana
yang datang dari daerah terpencil, Nazareth. Keterlibatan manusia dalam proyek Penyelamatan Allah seesungguhnya
tanpa ada Verifikasi data faktual, tanpa ada kepentingan orang dalam, tanpa
intervensi kekuasaan, tanpa ada test kompetensi dasar, dan lain-lain. Allah
justru memakai orang-orang sederhana yang kurang diperhitungan dalam hubungan
dengan golongan, ras, status sosial, dan kedudukan. Maria adalah salah satunya
selain Yohanes Pembaptis, para rasul dalam hubungannya dengan kategori ini. Tanpa
mengurangi argumentasi di atas, paling tidak ada semacam ujian wawancara untuk
memenuhi prasyarat kesiapan dalam kerjasama Proyek Penyelamatan Allah.
Barangkali kita mencoba mengulas isi wawancara
Malaikat Gabriel dengan Maria yang menjadi makna terdalam dalam perikop ini. Sepertinya
tidak ada negosiasi, tidak ada diplomasi, tidak ada basa-basi, tetapi Malaikat langsung
menekan pada inti pesannya yaitu “Engkau yang dikaruniai, Tuhan Menyertai
Engkau” (ay 28). Maria tidak merespons dengan jawaban apapun terhadap salam itu. Ia malahan
terkejut dan kemudian menimbulkan pergolakan batin (ay 29). Kasih
karunia Allah berisi point-point penting yang diberikan kepada Maria yaitu
mengandung seorang anak laki-laki, menamai Dia Yesus, menjadi Anak Allah Yang
Mahatinggi, menempati Tahta Daud Bapa Leluhurnya, menjadi raja atas kaum
keturunan Yakub, Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (ay 30-33). Ini
merupakan berita gembira penggenapan peralihan dari masa penantian perjanjian
lama menuju Perjanjian baru. Bagi Maria, ini adalah mustahil terjadi tetapi
bagi Allah segala sesuatu menjadi mungkin (ay 35-37). Hasil akhir
wawancara singkat ini kemudian diamini oleh Maria dengan penyerahan diri total.
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba
Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (ay 38). Sejak itu, Maria
dihormati dengan berbagai gelar-gelar yang diberikan kepadanya baik secara
pribadi maupun secara institusional.
Karunia-karunia diberikan oleh Allah kepada siapapun dengan mengandaikan
adanya tanggapan iman dari sang penerima. Mungkin bagi manusia hal itu mustahil untuk
mendapatkannya tetapi bagi Allah segala sesuatu menjadi mungkin. Dalam perjalanan
waktu, karunia-karunia Tuhan yang masih
tersamar akan membuka kesadaran manusia untuk mengakui kebenaran iman. Hal ini
mengandaikan ada kerendahan hati manusia dalam mengelolah karunia yang
diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma. Pernakah anda menyadari bahwa ada banyak
karunia diberikan Tuhan kepada anda? Apakah anda dengan rendah hati menanggapi
tawaran-tawaran itu? Ataukah anda menolaknya dengan sombong disaat sekularisme
sedang mengerogoti sendi-sendi kehidupan iman kita? Ataukah anda akan menjawab, kami adalah hamba-hamba
yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan (Luk,
17:10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar