Iklan

Sabtu, 28 Juni 2025

REFLEKSI TEOLOGIS

 

TAHUN EVALUASI PJPT III (2025)
PAROKI KOTENWALANG, DEKENAT LARANTUKA,
KEUSKUPAN LARANTUKA
 

RP. Patrisius Dua Witin,CP



1.       Pengantar

Perpas pertama  tahun 2025 memutuskan agar tahun evaluasi (2025) masing-masing  paroki tidak hanya membuat laporan evaluasi akan tetapi disertai juga dengan refleksi teologis. Refleksi yang kami buat ini, apakah benar-benar berasal dari yang lokal? Dan apakah refleksi ini benar-benar teologis? Kami hanya berusaha memenuhi tugas yang direkomendasikan  Perpas I Keuskupan Larantuka tahun 2025.

Di bawah ini, kami akan membuat sedikit refleksi teologis setelah membuat evaluasi di tingkat paroki. Pertama, bahwa kami hanya membuat refleksi teologis berdasarkan evaluasi pada bidang pastoral dengan alasan bahwa keempat tahun program bidang pastoral menyentuh langsung dengan seluruh umat di Keuskupan Larantuka yaitu tahun Persiapan dan pemberdayaan Agen Pastoral (2019), Tahun Keluarga (2020), Tahun OMK (2022), Tahun Ekologi (2023), dan tahun Pemberdayaan KBG dan Kelompok Kategorial (2024). Kedua bahwa refleksi ini menjadi khas masing masing paroki berdasarkan situasi dan budaya setempat yang mungkin turut mempengaruhi nilai-nilai teologis masing-masing Paroki.

Paroki Santu Paulus dari Salib Kotenwalang berdiri dan kemudian menterjemahkan visi Gereja Lokal Keuskupan Larantuka yaitu “Gereja Umat Allah Yang Mandiri dan Misioner”  dengan menambahkan anak kalimat “Sambil Memikul Salib” dengan alasan bahwa Mandiri dan Misioner tanpa memikul Salib bukan bagian dari Kemuridan Kristus. Perjuangan menuju kemandirian secara personal, spiritual dan finansial tidak akan terselesaikan hanya dengan mengucapkan kata-kata ini melainkan melalui sebuah perjuangan salib. Dan Gereja yang misioner harus sunguh-sungguh melebur dalam eksistensi kata misioner dengan segala konsekwensinya yakni melalui perjuangan salib agar menghasilkan misionaris-misionaris sejati.

      Paroki St. Paulus dari Salib Kotenwalang berdiri dengan menghidupi spiritualitas salib Kristus yang selaras dengan spiritualitas Kongregasi Pasionis,  tentu akan mewarnai seluruh kehidupan umat dalam perjuangan menuju kemandirian dengan semangat (Roh) Salib Kristus. Oleh  karena itu, refleksi teologis dalam bidang pastoral di bahwa ini tidak akan terlepas dari visi paroki yaitu “Gereja Uamat Allah Yang Mandiri dan Misioner Sambil Memikul Salib”.

2.       Agen Pastoral, Penyambung lida Allah

Rancangan proyek  Karya Keselamatan Allah bermula dari inisatif Bapa di Surga dengan mengutus PutraNya ke dunia untuk menyelamatkan manusia yang sudah tercemar oleh dosa-dosa. Proses Karya Penyelamatan Allah ini memakan waktu yang sangat panjang bahkan belum final  karena manusia harus menungguh kedatanganNya yang kedua (parousia). Meskipun kita berada pada rentang waktu yang panjang dan sangat melelahkan, tetapi  justru manusia terus menerus  berjuang dengan caranya sendiri untuk segera mencicipi Kerajaan Allah ketika ia masih berada di bumi.  

Manusia tidak menerima proyek Keselamatan secara pasif seperti menungguh hujan turun dari langit melainkan ia terlibat aktif dalam proyek ini. Ada banyak ruang dan waktu tersedia baik dari Allah melalui PuteraNya Yesus Kristus  maupun Gereja-Nya yang juga sebagai sarana Keselamatan akan sangat membantu setiap orang untuk ambil bagian dalam proyek Keselamatan Allah. Oleh karena itu apapun teologi yang bergulir, semuanya akan bermuara pada Soteriologi sebagai titik puncak dari Proyek Keselamatan ini.

Berkenaan dengan PJPT III Keuskupan Larantuka yang sudah dan sedang berada pada tahun terakhir yaitu Tahun Evaluasi, saya mengajak kita untuk turun ke akar rumput untuk merefleksikan proyek pastoral Keuskupan Larantuka sebagai bagian dari Proyek Keselamatan Allah. Tahun pertama PJPT III menggagas Agen Pastoral sebagai fokus pastoral. Mereka (Agen Pastoral) adalah orang-orang yang terpilih dan terpanggil menjadi perantara, Penyalur Sabda, penyambung lida Allah. Karena itu, saya memberi judul refleksi ini “Agen Pastoral Penyambung Lida Allah”. Judul ini menekankan dua aspek teologis yang menjadi alasan penting sebagai berikut:

a.       Agen Pastoral adalah orang-orang pilihan Allah. 

Kitab Perjanjian Lama terutama Kitab Para Nabi dan Para Hakim secara gamblang mengisahkan orang-orang pilihan  yang dipakai Allah untuk menyampaikan pesan yang dimaksudkan Tuhan kepada umatNya.   (Yesaya, 6:1-8, Yeremia, 1:4-19,  Amos, 7:14-15, Hakim-hakim, 13:2-5,24-25 dan lain-lain). Dalam Kitab Parjanjian Baru di sana kita menemukan Kisah Yesus memanggil murid-murid-Nya (Mat, 4:18-20, Mark, 1: 16-18, Mat, 4:21-22, Mark, 2:13-14).  Tuhan memilih orang-orang yang Dia kehendaki. Dia tahu dan mengenal masing-masing orang yang dipanggilNya bahkan sejak dalam rahim ibu, Tuhan telah memanggil mereka. (Yeremia, 1:5). Tuhan tidak pernah membuat verifikasi faktual seperti ijazah dan lain-lain.

Pada saat ini, agen pastoral tertahbis tetap menempuh jalur verifikasi kelayakan studi untuk menjadi seorang imam dan ini berlaku umum sementara agen pastoral terbaptis tidak melalui seleksi pendidikan berjenjang maupun  seleksi ijazah apakah asli atau palsu. Mereka terpilih secara alamiah seperti orang-orang pilihan dalam Kitab Suci. Terkadang kita menemukan orang-orang pilihan dengan sumber daya manusia apa adanya. Terkadang mereka menjadi apatis karena mereka belum mengerti apa yang mereka kerjakan. Terkadang kita menemukan orang-orang yang berorientasi pada uang dan bukan pada bentuk pelayanan. Pada akhirnya ada agen pastoral mengundurkan diri dari jabatan sebagai agen pastoral karena alasan tidak mampu bahkan di sana mereka berorientasi untuk bisa memperkaya diri atas pekerjaan mereka sebagai agen pastoral.  Rasul Paulus mengatakan, “Upahku adalah mewartakan Injil tanpa upah” (I Kor, 9:18) adalah bagian  dari  persoalan bagi mereka yang berorietasi pada sumber uang.  Pada sisi lain kita menemukan hal yang sangat berbeda misalnya beredarnya berita tentang Paus Fransiskus meninggal dunia dengan menyisakan 100 dollar  yang ada padanya dan tidak  memiliki rekening gendut menjadi suatu bentuk kesaksian yang luar biasa. Ada banyak agen pastoral terbaptis melaksanakan tugasnya sebagai pelayan tanpa imbalan. Pola hidup sederhana dari seorang agen pastoral akan menjadi sebuah bentuk kesaksian bahwa gereja adalah kumpulan orang-orang sederhana yang tidak menampilkan pola hidup hedonis.

b.      Agen pastoral penyalur Sabda, Penyambung lida Allah.

Tugas sebagai penyambung lida Allah adalah tugas yang sangat mulia dan sakral. Jabatan imamat khusus dan imamat umum yang kita terima melalui Sakramen Baptis dan Sakramen imamat  adalah metrai kekal karena itu menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk bersaksi menjadi imam, Nabi dan Raja. Sebagai agen Pastoral, jabatan itu melekat dalam diri seorang agen pastoral bahkan imam disebut juga altar Kristus (Kristus yang lain). Agen pastoral tertahbis adalah orang-orang yang dipilih secara khusus untuk menjadi penyambung lida Allah seumur hidup. Tugas luhur yang tak dapat dimiliki oleh semua orang. Persoalannya bagaimana dan sejauh mana kita telah mengaktifkan tri tugas khusus ini untuk menyalurkan karya Keselamatan Allah kepada semua orang. Terkadang tri tugas khusus ini (tertahbis dan terbaptis) dibiarkan terpendam yang pada akhirnya menjadi mandul karena agen pastoral sibuk dengan urusan pribadi yang akan mendatangkan ketenaran dan kemuliaaan pribadi  dan bukan demi kemuliaan Allah.

Agen pastoral menjadi saluran yang dipilih oleh Tuhan untuk menyalurkan Sabda-Nya kepada semua orang. Perlu disadari bahwa terkadang saluran itu tersumbat dan kotor sehingga pesan-pesan Firman Allah tidak sampai kepada umat-Nya. Sebagaimana Gereja juga membaharuhi dirinya terus menerus maka Agen Pastoral juga harus membaharuhi dirinya dengan sakramen tobat, rekoleksi,retret,  on going formation, pendampingan, kursus,  dan lain-lain dengan maksud agar saluran itu dimurnikan dan dibersihkan dari cacad cela secara rutin.  

Yesus tahu bahwa para muridnya tidak mungkin semuanya bersih. Kita tahu Yudas masih mengkhianati gurunya, Petrus menyangkal Yesus, Yohanes dan Yakobus meminta kedudukan istimewa. Meskipun demikian Yesus terus menerus memberikan pengajaran (on going formation)  kepada murid-Nya sampai pada akhirnya mereka menjadi misionaris yang handal (semuanya mati menjadi martir). Inilah yang disebut dengan agen pastoral penyambung lida Allah, penyalur Sabda Allah melalui sebuah perjuangan “Salib”.

3.       Keluarga, Donatur Utama Gereja Lokal

Tahun 2016, gereja Lokal  Keuskupan Larantuka memprogramkan keluarga sebagai ecclesia  domestica dan tahun 2020 diulang kembali dengan penekanan yang berbeda. Mengapa keluarga menjadi perhatian pokok gereja Keuskupan Larantuka? Saya mencoba melihat dari sudut pandang, Keluarga sebagai Donatur utama Gereja Lokal sesuai dengan judul di atas.

a.       Gereja Umat Allah yang mandiri dan misioner dapat berkembang pesat mengandaikan adanya kelahiran baru. Keluarga adalah satu-satunya handalan untuk memasok kelahiran baru. Setiap akhir tahun gereja membuat statistik baptisan baru untuk menghitung anggota gereja mengandaikan adanya kelahiran baru dalam keluarga-keluarga Katolik. Ini adalah tangung jawab yang diberikan oleh Allah sejak penciptaan manusia pertama yakni “Beranakcuculah dan bertambah banyak” Kej 1:28. Dengan demikian tugas mulia untuk meneruskan karya ciptaan Tuhan diletakkan pada tanggung jawab keluarga.

b.       Regenerasi agen Pastoral tertahbis dan terbaptis  mengandaikan adanya kelahiran baru dalam keluarga-keluarga Katolik. Pernahkah kita membuat statistik penelitian bahwa kelahiran baru dalam setahun mensuplai berapa orang menjadi agen pastoral tertahbis dan terbaptis yang profesional dan handal di Gereja lokal Keuskupan  Larantuka? Tentu ini sangat sulit untuk membuat sebuah penelitian tetapi yang pasti bahwa selalu ada panggilan untuk menjadi agen pastoral tertahbis dan terbaptis. Jadi Keluarga adalah donatur utama untuk mensuplai para agen pastoral tertahbis dan terbaptis.

c.       Berbicara tentang laporan pemekaran KBG mengandaikan jumlah keluarga baru bertambah. Oleh karena itu munculnya KBG baru justru adanya pekembangan keluarga-keluarga baru. Dengan demikian Keluarga menjadi donatur utama untuk pengembangan KBG-KBG baru.

d.       Berbicara kemandirian finansial Gereja Keuskupan Larantuka justru yang menjadi donatur utama adalah Keluarga-keluarga. Iuran Keuskupan, Paroki, stasi sampai pada persembahan di meja altar yang kudus berasal dari keluarga-keluarga. Oleh karena itu, Keluarga adalah Donatur Utama Gereja Lokal. Kemandirian finansial gereja lokal Keuskupan Larantuka mengandaikan bahawa keluarga-keluarga sudah mandiri secara finansial. Jadi mensukseskan  Gereja Yang mandiri  secara finansial pertama tama adalah meningkatkan persentase jumlah keluarga yang mandiri secara finansial.

Jika Keluarga sebagai donatur utama gereja lokal, sejauh manakah peran gereja memberi perhatian secara rutin kehidupan rohani dan jasmani keluarga-keluarga sebagai fundasi Gereja Lokal? Dan sejauh manakah peran gereja dalam memperhatikan problematika kehidupan perkawinan berkeluarga? Ini adalah pertanyaan refleksif untuk mengevaluasi diri di akhir tahun pogram PJPT III. Harus diakui bahawa masih ada banyak keluarga yang kehidupan jasmani maupun rohaninya terpelihara dengan baik. Mereka sungguh-sungguh menjadi saksi hidup perkawinan sekaligus menjadi saksi dalam memberi sumbangan kepada gereja. Hal ini mengandaikan bahwa gereja terlibat aktif untuk menyiapkan keluarga-keluarga Katolik secara baik. Di lain sisi masih ada carut marut probelmatika kehidupan berkeluarga. Keluarga terlantar dan anak-anak pun terlantar akibat kerusakan hidup perkawinan dan masih ada kehidupan ekonomi keluarga di bawah standar akibat pemborosan dalam mengelolah ekonomi rumah tangga dan lain-lain.   Masih ada sejumlah keluarga merantau  akibat dililit hutang. Efek dari kesulitan ini berimbas pada madeknya pengumpulan iuran. Perjuangan untuk menata hidup berkeluarga agar bahagia, sejahtera, dan penuh dengan cinta kasih adalah bagian dari sebuah perjuangan salib.

Survei membuktikan  bahwa NTT menjadi propinsi miskin yang pendapatan perkapitanya masih sangat rendah. Tentu standar ini turut mempengaruhi kehidupan menggereja dari segi finansial bila dibandingkan dengan keuskupan yang maju secara finansial di wilayah Jawa. Masih ada kelemahan lain seperti yang dikatakan Rm. Vikjen dalam perpas I tahun 2025 bahwa kita di NTT soal kehidupan menggereja sangat hebat tetapi kita sangat lemah pada wilayah sumbang menyumbang. Barangkali kehidupan sosial ekonomi menjadi ganjalan utama dalam hal sumbang menyumbang. Oleh karena itu, bentuk penghematan yang dilakukan oleh pemerintah adalah sebuah bentuk baru dalam mengelolah pajak rakyat termasuk rakyat yang susah   sungguh bijaksana. Gereja dalam hal ini memproklamasikan diriya sebagai tanda bagi gereja orang miskin tentu akan lebih bijaksana untuk melakukan penghematan dan tidak menampilkan bentuk kemewahan dan pemborosan dalam pesta-pesta gerejani. Tentu semuanya ini menjadi bahan evaluasi bersama.

4.       OMK, ANTARA TANTANGAN DAN HARAPAN

Fase kehidupan yang mesti diperhatikan dengan bijak adalah orang muda Katolik. Kelompok ini cukup besar dan memiliki banyak potensi yang akan menjadi garda terdepan untuk membidik masa depan gereja. Persoalannya apakah potensi yang ada sudah dimaksimalkan untuk memajukan kehidupan menggereja? Apakah sudah ada model pembinaan dan pengembangan generasi muda untuk menanggapi masa depan? Apakah ada unsur Alkitabiah yang berbicara  tentang orang muda?

Nabi Yeremia  mungkin saja menjawab panggilanya untuk mewakili orang muda dengan mengatakan kalimat yang agak pesimis, Aku masih muda (Yeremia 1:6-7). Tuhan memanggil Yeremia pertama-tama tidak dinilai dari variabel usia seseorang. Tuhan menilai siapa  yang pantas menjadi seorang Nabi yang akan bertanggungjawab penuh atas tugas dan panggilan yang berat ini. Orang muda mendapat tempat di hati Tuhan untuk memaksimalkan karya keselamatan.  Dalam Injil, Yohanes adalah orang termuda dalam jajaran para Rasul yang mendapat tempat istimewa di hati Yesus dengan gelar “murid yang dikasihi”. Yohanes selalu dibawah Yesus pada saat penting (Mat 17:1-13) Ia paling setia  berdiri di kakai Salib Yesus dan  pada saat yang genting itu Yesus menyerahkan Yohanes kepada Bunda Maria, Inilah anakmu (Yoh, 19:26-27). Yohanes kemudian hari menjadi penulis Injil terakhir yang paling modern sesuai dengan zamannya (perpaduan dengan filsafat Yunani).

Saat ini, variabel ukuran kemudaan seseorang pertama-tama dinilai dari usia yang ditentukan oleh Komisi kepemudaan. Orang mudah banyak mendapat tempat dan pehatian dari Gereja baik gereja universal maupun gereja-gereja lokal. Kita mengenal dengan istilah WYD (World Youth Day), IYD (Indonesian Youth Day), AYD (Asian Youth Day), NYD (Nusra Youth Day), LYD (Larantuka Youth Day) dan di Paroki Kotenwalang dikenal dengan “Pekan OMK”. Persoalannya apakah energi besar yang dipakai untuk kebutuhan pembinaan OMK sudah menjamim kwalitas sumber daya mansuia orang Muda Katolik? Pertanyaan yang sama juga sering dilontarkan oleh generasi tua di Kotenwalang setiap kali membuat evaluasi kegiatan Pekan OMK di Paroki Kotenwalang. Semangat untuk memperhatikan pembinaan OMK tidak bisa ditumbangkan oleh beberapa oknum OMK yang seringkali membuat kekacauan di Kampung-kampung akibat mabuk-mabukan. Ada juga beberapa OMK yang apatis dengan kegiatan-kegiatan Gereja, mereka seringkali berkumpul sendiri-sendiri yang tidak menghasilkan energi positif dalam diri mereka. Ini adalah tantangan utama yaitu bagaimana meredam mabuk-mabukan di antara kalangan orang muda dan meminimalisir kekacauan pada saat diadakan pesta-pesta Gereja.

Pada lain sisi kita masih menemukan banyak OMK yang sudah mulai mandiri, mereka bisa  mengatur kehidupan dan masa depannya. Banyak orang muda dihandalkan menjadi tulang punggung Keluarga. Pola hidup lama yang tidak progresif perlahan-lahar tergerus oleh nilai-nilai pembinaan yang telah dilaksanakan pada semua level. Sangat diharapkan bahwa OMK  senantiasa dekat dengan Gereja sebagaimana Yohanes tetap setia di bawah Kaki Salib Yesus. Barangkali kita mengimpikan munculnya nabi-nabi militan yang menjadi saksi bagi orang muda lainnya seperti Yeremia tampil sebagai seorang Nabi. Kita mengharapkan kesaksian Orang Muda Katolik yang sudah keluar dari area sifat pesta pora dan mabuk-mabukan,yang  keluar dari area Narkoba, yang keluar dari area Judol, dan lain-lain.

5.       Narasi Baru dalam Berekologi

Berbicara tentang ekologi seringkali pikiran manusia terarah pada soal tanam-menanam pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya, soal penggunakan peptisida, soal trumbu laut, soal penebangan liar, soal perawatan alam, pemeliharaan mata air dan lain-lain. Inilah  program-program kegiatan sekitar tema ekologis. Masih ada hal paling mendasar yang perlu mendapat perhatian adalah membuat narasi baru tentang ekologi.  Saya mengawalinya dengan salah satu teks teks Kitab Suci yang mendasarinya yakni  Kuasailah ikan di laut dan burung (Kej, 1:28) Teks ini sejak semula membenarkan bahwa pusat kekuasaan ekologis ada di tangan manusia. Manusia menjadi pusat segala-segalanya yang pada kenyataannya adalah menjadi monster bagi makluk yang lain. Penebangan liar, penambangan illegal, biothermal, pembunuhan binatang liar, pemboman ikan di laut adalah jawaban atas pengakuan diri manusia menjadi pusat segala-galanya. Manusia seharusnya mengakui dirinya sebagai salah satu spesies di alam semesta yang juga harus menghormati hak atas hidup bagi spesies yang lain.

Ketimpangan harmonisasi alam semesta menjadi sebuah malapetaka besar bagi kehidupan planet ini. Banjir bandang yang terjadi di  mana-mana hanya dikarenakan ketidakseimbangan lingkungan terutama akibat penebangan liar di wilayah pegunungan. Virus-virus penyakit tertentu yang hanya bisa dinetralisir oleh beberapa jenis spesies, binatang tertentu justru berbalik menyerang manusia sebagai inangnya hanya karena ketidaseimbangan spesies di alam semesta. Gerakan ekologis yang sedang bergulir dengan menanam sejuta pohon tentu sangat baik untuk manusia. Kebanyakan lebih mengarah pada penghijauan hutan monokultur seperti hutan kelapa sawit, hutan kemiri, hutan jati super, kopi, cengkeh, jambu mente, kemiri dan lain justru hanya semata-mata melayani properti manusia bukan untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Babi dan kambing dipelihara dengan baik hanya untuk memasok ekonomi rumah tangga manusia. Oleh karena itu manusia bekerja hanya semata-mata untuk menjadi predator bagi spesies yang lain.

Sejarah keselamatan tidak semata-mata diperuntukan kepada manusia melainkan seluruh Kosmos mendapat tempat istimewah di hadapan Tuhan untuk di Selamatkan. Kehadiran Kristus Kosmis yakni menjadi semua di dalam semua adalah tawaran untuk menebus seluruh dunia dan bukan hanya  menebus manusia dari dosa-dosanya. Manusia harus bertobat dan manyadari diri bahwa dia hanya salah satu bagian spesies di alam semesta yang juga juga bertanggungjawab untuk menjaga dan memelihara spesies yang lain. Menghormati martabat dan hak hidup spesies yang lain sekalipun dia itu pohon yang tidak bersuara untuk membela diri. Jika narasi ini  berlaku bagi manusia maka harmonisasi alam semesta akan berhasil dan gerakan ekologis untuk memulihkan alam yang rusak para akan berjalan dengan lancar dan bertanggung jawab.

6.1. KBG, Miniatur Gereja

Saya terkesan dengan kata-kata bapak Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung bahwa jika anda mau melihat perkembangan Keuskupan Larantuka, pergilah ke KBG-KBG dan di sanalah anda melihat Keuskupan Larantuka secara real. Kata-kata ini sesungguhnya mengarah pada KBG sebagai miniatur Gereja lokal Keuskupan Larantuka. Oleh karena itu KBG sebagai lokus dan fokus pastoral tentu mendapat perhatian dan tempat isimewah dalam berbagai program Keuskupan. Tiada henti-hentinya dan tiada bosan-bosannya kita harus berbicara tentang KBG meskipun pernah dinilai KBG seperti Posyandu karena yang hadir cuma ibu-ibu dan anak-anak. Tentu penilaian ini menjadi vitamin bagi para agen pastoral untuk merubah haluan agar kaum muda dan bapak-bapak bertobat untuk kembali bergabung di dalam KBG.

Gereja akan menjadi hidup dan berkembang ketika KBG menjadi mandiri dan misioner sekaligus menjadi motor penggerak utama dalam kehidupan menggereja. Seluruh program yang tertuang dalam PJPT pertama, kedua dan ketiga semuanya bermuara pada KBG karena di sanalah seluruh program keuskupan akan di eksekusi, dan dievaluasi. Semua aneka  bentuk kegiatan mulai dari meja altar, persiapan sakramen-sakramen, pengumpulan berbagai jenis  iuran bahkan sampai pada dapur pastoran, semuanya dieksekusi di KBG. Oleh karena itu kita bisa  membayangkan betapa super sibuknya dan beratnya pengurus KBG untuk mengelolah semua urusan ini. Setiap kali saya turun merayakan Ekaristi di KBG-KBG, inilah yang saya temukan dan menjadi bahan permenungan bagaimana mengelolah KBG dan kepengurusannya agar  mereka sungguh-sungguh bekerja dengan baik, bijaksana, senang dan bahagia dalam melaksanakan  seluruh program sehingga KBG menjadi mandiri dan misioner.

Untuk menjawab visi Gereja Lokal Keuskupan Larantuka “Gereja Umat Allah Yang Misioner”,  pertama-tama visi ini terlebih dahulu dilaksanakan di KBG_KBG karena di sanalah miniatur Gereja. Semua KBG di Keuskupan tidak hanya sekedar tahu tetapi harus sunguh-sungguh mendalami visi Keuskupan bahkan menjadi bagian dari hidup mereka di KBG. Merekalah yang pertama-tama mensukseskan kemandirian dalam bidang personal, spiritual dan finansial barulah kemudian mereka bermisi. Tentu ini menjadi tanggungjawab para agen pastoral tertahbis untuk menyiapkan dan membumikan visi keuskupan di masing-masing KBG. Sedikit bernostalgia ke belakang untuk membuka kembali lembaran hasil evaluasi sebelumnya bahwa ada berapa persen umat Keuskupan Larantuka mengetahui secara mendalam tentang visi Gereka Lokal Keuskupan Larantuka. Inilah yang akan menjadi standar untuk bekerja lebih, dalam mensosialisasikan visi Gereka Lokal Keuskupan Larantuka.  

6.2.  Kelompok Kategorial, Harta Rohani dalam Gereja

Kelompok Kategorial tidak lazim dalam bahasa Gereja dan mungkin nama ini hanya berlaku di Indonesia. Kelompok Kategorial adalah tejemahan dari KHK 298§1 dan Dokumen Konsili Vatikan II Apotolicam Actuositatem 18 yang dalam bahasa gereja disebut “Perserikatan-perserikatan” yang termasuk di dalamnya perserikatan, privat, publik, perserikatan klerikal, dan ordo-ordo ketiga. Semua perserikatan diatur menurut tata aturan gereja dan harus disetujui oleh otoritas Gereja.  Kelompok Kategorial merupakan persekutuan umat beriman berdasarkan kategori/ kharisma tertentu.Oleh karena itu masing-masing kelompok Kategorial memiliki spiritualitas dengan aturannya (ADRT).

Persoalannya bahwa kelompok Kategorial tumbuh dan berkembang begitu banyak sehingga sulit dikontrol dengan baik. Bisa terjadi bahwa kelompok itu didirikan tanpa melalui persetujuan otoritas Gereja. Hampir semua Paroki menghendaki agar semakin banyak kelompok Kategorial tumbuh dan berkembang di paroki. Inilah dsebut kekayaan Gereja karena dengan adanya kelompok-kelompok kategorial penghayatan hidup rohani umat beriman semakin mendalam. Kebanyak kelompok Kategorial menjadi model untuk  menghidupi kegiatan-kegiaan gerejani. Misalnya Legio Maria mendoakan orang Sakit, bersama dengan pastor menghantar Komuni kepada orang-orang sakit, mendoakan keluarga dan anak-anak yang hendak menerima Sakramen. Konfreria mendoakan orang dan mengurus penguburan orang mati dan lain-lain.

Ada sedikit kelemahan bahwa bisa terjadi ada persaingan antar Kelompok Kategorial sekaligus menjadi eksklusif. Oleh karena itu sangat penting diperlukan pendamping rohani bagi semua kelompok Kategorial agar anggota kelompok dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan norma dan tradisi Gereja Katolik.

7.       Penutup

Gereja Lokal memiliki tangung jawab yang sangat besar dan mulia. Seluruh program dan kegiatan di atas semata-mata hanya mengurus manusia seutuhnya yakni “keselamatan jiwa badan manusia. Diharapkan umat beriman semakin matang mengenal Kristus sebagai Sang Juruselamat Dunia. Ada begitu banyak sarana yang termuat dalam berbagai progran dan kegiatan untuk mensukseskan tujuan yang satu itu yakni Umat beriman memperoleh keselamatan kekal.

Tugas ini dimandatkan oleh Kristus sendiri agar Gereja-Nya melanjutkan karya Keselamatan zampai akhir zaman. Tentu pekerjaan ini sangat melelahkan dan apa yang diperoleh dari pekerjaan yang melelahkan ini? Hanya ada satu jaminan yaitu “engkau akan memperoleh seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal” (Mat, 19:29). Semoga demikian.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar