Selasa, 07 Mei 2024

PERGILAH KE SELURUH DUNIA, BERITAKANLAH INJIL

 

HARI RAYA KENAIKAN

TAHUN B

REFLEKSI INJIL MARKUS 16:15-20

RP. Patrisius Dua Witin, CP

 

 

Para ahli Kitab Suci cendrung bersepakat bahwa  Injil hari ini merupakan bagian yang bukan asli dari Markus. Injil Markus  sesungguhnya ditulis hanya sampai pada Markus  16:8 selanjutnya ayat 9-20 merupakan tambahan kemudian dan ini terlihat jelas dari perbedaan gaya bahasa dengan asli tulisan Markus. Selain itu,  bagian ini tidak ditemukan dalam manuskrip tertua, padahal Injil Markus justru yang paling awal ditulis sekaligus menjadi referensi bagi penginjil lainnya. Meskipun beberapa ahli Kitab berpendapat demikian tetapi bagi orang Katolik, potongan Injil ini penting karena menjadi bacaan utama dalam liturgi suci, Hari Raya Kenaikan. Terjemahan modern seperti NRSV (New Revised Standard Version) dan NAB (New American Bible)  menempatkan teks ini pada porsinya dengan catatan-catatan yang panjang. Konsili Trente (1546) akhirnya memasukan ayat-ayat ini  dalam Kanon Katolik. Selain itu, Leksionaris Katolik Roma justru menempatkan  teks Mark 16:15-20  pada Hari Raya Kenaikan tahun B. Oleh karena itu, berkenaan dengan hari Raya Kenaikan, kita mendalami teks ini untuk memperkaya hidup iman kita.

Saya akan memulai dengan istilah Yunani  εὐαγγέλιον (euangelion) yang akrab digunakan dalam kalangan orang Kristen adalah “kabar baik”.  Secara etimologis Istilah kabar baik sejajar dengan kata “Injil”.  Jadi Injil adalah Kabar Baik. Yesus membuka kata-katanya dalam injil  hari ini dengan kalimat “PERGILAH KE SELURUH DUNIA, BERITAKANLAH INJIL” (Mark, 16:15). Selain perintah ini ditujuhkan kepada para Rasul, teks ini kemudian dipakai sebagai pedoman utama para misionaris untuk pergi ke seluruh dunia, memberitakan Injil kepada segala makhluk. Jika kita paralelkan dengan Injil Matius 28:16-20 maka ada beberapa point penting yang akan menjadi catatan utama kita  adalah

1.       Pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Ku. Maksudnya bahwa para Rasul dan Misionaris pergi dan mengajar kepada semua orang agar mereka bertobat, percaya,  dan menjadi pengikut Kristus karena Yesus Kristus adalah Juruselamat bagi semua orang berdosa. Inilah yang disebut dengan “Kabar Baik” yang harus disampaikan kepada semua orang. Tidak cukup para misionaris memusatkan perhatian pada peningkatan moral, mengajarkan cara berpakaian, cara bertani, dan cara memproduksi hasil, peningkatan sanitasi dan kesehatan. Barangkali kombinasi Altar dan Pasar sangat ideal untuk dimungkinkan tetapi kemudian  misionaris bisa tenggelam dalam hiruk pikuk pasar modal. Seratus Tahun lalu Ensiklik Maksimum Ilud oleh paus Benediktus XV telah memberi signal peringatan agar Misionaris tidak jatuh pada hal sama.

2.       Pergi untuk membaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Membaptis bukan hanya secara simbolis dalam tata cara perbaptisan (liturgia) tetapi membuat manusia menjadi baru. Manusia dikuduskan dalam sebuah kehidupan yang baru. Pakaian lama dibuang dengan mengenakan pakaian baru yang menjadi simbol pengesahan menjadi Murid Kristus.

3.       Para Rasul dan Misionaris pergi  mengajar tentang Kerajaan Allah, tentang pelayanan Kristus, tentang Roh Kudus, tentang Kerajaan Surga, bukan mengajar membaca dan menulis, Geografi, Matematika, Tata Bahasa Inggris, PPKN dan lain-lain.

Seorang teman baik menyampaikan persoalannya kepada saya bahwa saya berharap para imam menyampaikan khotbah Hari Minggu bukan dengan menyampaikan kemarahan kepada umat sepanjang khotbah melainkan menyampaikan kabar gembira kepada umat. Umat  kembali dari gereja bukan penuh  dengan kekecewaan melainkan pulang dengan penuh sukacita. Barangkali ini menjadi sebuah permenungan panjang bagi sang misionaris untuk mengisi khotbah dengan pesan pesan Injil bukan pesan pesan di luar Kitab Suci. Pertanyaannya: Apakah saya telah melaksanakan perintah Yesus supaya menjadikan semua orang menjadi Murid-Ku? Atau lebih banyak menggiring orang untuk keluar dari Ajaran Yesus terutama mengarahkan mereka ke pasar dan bukan ke Altar? Pernahkah saya berpikir untuk membaptis dan membimbing orang agar  sungguh-sungguh menjadi manusia baru? Atau hanya sekedar mengadakan ritual secara simbolis? Apakah selama ini, saya mengajar tentang  Yesus kepada umat atau saya lebih senang mengajar hal-hal yang bersifat profan? Injil hari ini  menyoroti refleksi seorang misionaris dalam janji imamatnya untuk mengajar, menguduskan, dan memberi kesaksian.

BERTOBATLAH DAN PERCAYALAH PADA INJIL