Iklan

Senin, 27 Mei 2024

UANG ADALAH ALAT KESELAMATAN TUBUH

 

Patrisius Dua Witin,CP

Refleksi 

“Economia Salutis Versus Salus  Per Economiam”

 

 

Ada sebuah canda ringan di saat pertemuan keluarga, teman saya mengatakan kepada kakek dan neneknya yang sudah tua renta bahwa jika kakek dan nenek ini dijual dengan harga murah, orang tak mungkin mau membelinya. Lain halnya dengan seorang bapak yang tidak pernah ke gereja bertahun-tahun dan pada saat saya bertemu dengannya, ia mengatakan bagaimana mungkin kami berdoa dengan baik jika perut kami sedang meronta kelaparan. Agak berbeda dengan seorang pemuda yang saya memintai bantuannya, beliau langsung bercanda dengan istilah Jawa, “wani piro”.  Bagi saya, canda-canda ini menghasilkan sebuah renungan panjang untuk menilai ekonomi modern yang perlahan-lahan akan mengubah peradapan manusia untuk menjadikan uang sebagai satu-satunya alat keselamatan bagi dirinya. Segala-galanya diukur menurut nilai mata uang termasuk tubuh manusia yang disebut mulia karena serupa dengan gambar wajah Allah.

Bernardo Pѐrez Andreo, teolog Amerika Latin dalam artikelnya “Economia Salutis Versus Salus  Per Economiam” mengatakan bahwa uang adalah idola (Yunani: Ƹȉδωλον = eidolon) yang tidak hanya menentukan nilai barang dan jasa tetapi termasuk οmanusia dinilai menurut mata uang. Uang bukan alat trasaksi yang sederhana tetapi lebih dari itu adalah asuransi jiwa bagi sang pemilik dan itu adalah kekuatan sucinya. Kita tahu bahwa sejak abad ke-15, uang telah menjadi Tuhan yang profan, dia adalah dewa palsu, berhala, dan bahkan tersimpan banyak akar kejahatan.

Pemilu tahun 2024 di Indonesia berakhir dengan kegaduhan di MK yang juga melibatkan saksi ahli yakni sang filsuf Etika  Rm. Frans Magnis Suzeno justru mengingatkan kepada saya betapa besarnya kemahakuasaan uang untuk dapat membeli penggelapan kekuasaan, hukum, konstitusi, etika dan moral. Oleh karena itu, uang tentu akan menjadi alat keselamatan bagi tubuhnya (salus per economiam) dan bukan bagi jiwanya. Barangkali ini merupakan sebuah perubahan peradapan baru yang secara sistemik menggerus fundasi realitas kemanusiaan kita yang paling mulia yakni tatanan  proyek keselamatan (economia salutis) sebagaimana yang tertuang dalam LG. 9. Oleh karena itu, dibutuhkan kehati-hatian ketika memasuki area “ekonomi politik” agar tidak terjerumus dalam praktek penyimpangan di atas. Menurut St. Thomas Aquinas, Kehati-hatian adalah seni membedakan yang baik dari yang jahat misalnya dalam bidang ekonomi dan politik, kehati-hatian diperlukan untuk membedakan yang baik dari yang jahat dalam penyelenggaraan umum. Oleh karena itu Thomas Aquinas memperingatkan bahwa kekayaan mengacuh pada kehati-hatian ekonomi sebagai sarana dan bukan tujuan. Cara untuk memperoleh kekayaan harus tunduk pada kebenaran dan kebajikan. Memperoleh kekayaan dalam penyelenggaraan pemilu 2024 di atas tentu merupakan kontra produktif dari teori kehati-hatian ekonomi politik karena secara nyata melabrak kebenaran dan kebajikan.

Pada zaman ini, mungkin diperlukan  mujizat metanoia untuk meruntukan peradapan baru yang sedang dibangun secara sistemik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Persolannya apakan ada mujizat seperti itu? Ini merupakan persoalan yang sama seperti seekor Unta melewati lubang jarum. Uang bukankanlah dewa, Tuhan profan, idola, melainkan sarana untuk mencapai kehidukan kekal. Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar dan kepada Allah yang menjadi Hak Allah. Kehati-hatian adalah filter untuk mencapai kebenaran dan kebajikan yang tentunya akan menjadi asuransi  akhir hidup. Asuransi yang tak dapat binasa, yang tak dapat cemar, dan yang tak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kalian (1 Petrus 1:4). Mujizat metanoia akan memungkinkan setiap orang untuk melewati lubang jarum tetapi biarkanlah kesedihan orang-orang yang tidak ingin mengikuti Yesus karena terikat dengan hartanya yang banyak. Karena  bagi kita sebagai pengikut Kristus, “SALIB ADALAH ALAT KESELAMATAN KEKAL” yang tidak hanya menyelamatkan tubuh melainkan menyelamatkan jiwa dan raga. 

1 komentar:

  1. Terima kasih refleksinya pater. Luar biasa. Sangat membantu.👏👏😊 (aven,cp)

    BalasHapus