Patrisius Dua Witin, CP
Euforia perayaan Tahun Baru menembus kalangan kelas bawah artinya perayaan ini paling ditungguh semua orang. Masing-masing orang mengemas perayaan dengan seleranya yang akan diluapkan pada titik 00.00 pergantian tahun. Tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan untuk menyambut perayaan Tahun Baru. Biaya kembang api saja mungkin membutuhkan biaya yang sangat mahal, belum lagi anggaran yang lainnya. Tak ada keraguan untuk mengeluarkan biaya semacam itu karena dianggap setahun sekali untuk mengisi kegembiran dalam menyambut tahun yang baru.
Bagi kalangan orang bijak sebenarnya Tahun Baru
menjadi sebuah alat atau media untuk menghitung saldo atau defisit keseluruhan
hidup anda selama tahun sebelumnya. Bagi kita merupakan sebuah renungan panjang
tentang prilaku hidup kita baik dari segi ekonomi, religiositas, budaya,
politik dan lain-lain. Katakan saja dari sudut pandang politik, mungkin saja ada
yang menang politik dan mereka akan menuai saldo besar sementara mereka yang
kalah politik akan menuai defisit politik. Dari segi prilaku hidup keagamaan
(RELIGIOSITAS) tentu kita mengalamai defisit iman atau bisa saja mengalami
saldo iman pada tahun sebelumnya.
Seluruh prilaku hidup kita selama setahun diukur
pada momen ini agar kita menjadi bijak untuk mengambil langkah positip pada
tahun yang akan datang. Bisa jadi bahawa pada akhir tahun ini secara ekonomi, kita
mengalami surplus tetapi dari segi religiositas, kita mengalami defisit iman. Oleh
karena itu Tahun Baru tidak semata-mata menjadi ajang pesta pora melainkan
menjadi ajang untuk mengukur kwalitas hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar