REFLEKSI
MINGGU ADVENT III
TAHUN C
Injil Lukas, 3:10-18
RP. Patrisius Dua Witin, CP
Hampir semua komentator sepakat bahwa bacaan Injil hari ini mengindikasikan bahwa “Yohanes Pembaptis berhasil melaksanakan tugasnya sebagai perintis persiapan kedatangan Tuhan. Banyak orang terpesona dengan ajarannya dan ingin mengubah masa lalunya dengan mengatakan kalau begitu “apa yang harus kami perbuat?” Paralel dengan teks ini dapat dilihat dalam Kisah Para rasul di mana pertanyaaan yang sama dilontarkan juga ketika Petrus berkhotbah di depan banyak orang dan pada saat yang sama semua mengatakan “Jadi apa yang harus kami perbuat? Kisah Para Rasul 2:37
Inisiatif datang dari para pendengar dengan mengajukan pertanyaan kepada
Yohanes Pembaptis tentang apa yang harus kami perbuat merupakan jalan
pertobatan yang semakin terbuka lebar. Pertanyaan tentang Apa yang yang harus
kami perbuat adalah pertanyaan yang datang
dari orang-orang sederhana yang telah
membuka pintu hatinya untuk keselamatan. Pintu pertobatan ini hanya bisa
terbuka ketika orang dengan rendah hati menerima pengajaran dan nasihat dari
orang yang tidak diketahui latar belakang pendidikannya. Oleh
karena itu, jelaslah bahwa orang-orang cerdik pandai dan mereka yang
membanggakan pengetahuan mereka lebih sulit dikoreksi daripada orang-orang
sederhana dan tidak terpelajar. Bahkan, mereka yang menganggap diri mereka
bijak sering mengejek orang-orang sederhana
yang ingin bertobat.
Menurut
Origenes ada tiga kelompok yang bertanya
dan Yohanes Pembaptis memberikan tiga jawaban sesuai dengan masing-masing
audiens.
1. Pertama,
kepada semua orang: barang siapa
mempunyai dua helai baju hendaklah ia memberikan kepada orang yang tidak mempunyainya. Dua
helai baju (ὁ ἔχων δύο χιτῶνας), diterjemahkan
“memiliki kelebihan pakaian”. Dan barang siapa mempunyai
kelebihan makanan (beras, ubi, pisang, jagung, dan lain-lain) hendaklah ia
berbuat demikian. Pertama-tama setiap orang harus memenuhi kebutuhannya
terlebih dahulu, setelah itu, kelebihannya dibagikan kepada orang miskin. Siapapun
yang menumpuk kekayaan sesungguhnya tidak pantas dan layak di hadapan Tuhan
karena ia telah merampas hak orang-orang miskin. St. Bernardus dan Jerome
menegaskan bahwa penumpukan kekayaan merupakan pencurian, penistaan, dan penjarahan
yang seharusnya diberikan kepada orang miskin. Bencana letusan gunung Lewotobi
laki-laki di Flores Timur mengakibatan belasan ribu pengungsi di tenda-tenda
darurat sungguhnya mengubah pola perbuatan kita untuk untuk berbuat demikian.
Barang siapa mempunyai kelebihan pakaian maupun makanan hendaklah berbagi
kepada yang tidak mempunyainya. Tentu saja bantuan mengalir dari berbagai
daerah di seluruh Indonesia. Umat membantu umat melalui banyak pihak untuk menyalurkan
bantuan. Negara akhirnya mengumumkan
peristiwa ini sebagai bencana nasional. Tragedi bencana alam atau apapun
penderitaan kemanusiaan sesungguhnya memacuh andrenalin cinta kasih untuk
berbagi dari kelebihan maupun kekurangan yang ada pada kita baik material
maupun tenaga dan pikiran. Jadi, Tobias
berkata, 'Sesuai dengan kemampuanmu, berbelas kasihlah. Jika kamu memiliki
banyak, berikanlah dengan berlimpah; jika kamu mempunyai sedikit, berikanlah
dengan sukarela sekalipun sedikit itu' ( Tobit
4:80)
2. Kedua, jawaban
kepada para pemungut cukai. "Jangan menuntut lebih dari apa yang
ditetapkan “ artinya jangan menuntut lebih dari apa yang ditetapkan bagimu
oleh hukum atau oleh tuan-tuan yang barang-barangnya kamu pungut. Pemungut
cukai merujuk pada pemungut pajak publik dan mereka yang menjalankan bisnis
untuk meraup keuntungan besar besaran di dunia ini. Ada istilah dalam kalangan
orang Indonesia yang disebut dengan pihak ketiga atau apa yang disebut tangan
kedua dan tangan ketiga. Keluhan masyarakat tentang harga bahan pokok melambung
tinggi dan harga komoditi jauh di bahwa standar sesungguhnya adalah
permainan-permainan tangan tangan kelas atas untuk memeras yang mengakibatkan
jurang antara yang kaya dan miskin semakin melebar. Oleh karena itu, jika anda
ingin menjadi kaya hendaklah engkau merebut kursi pemimpin. Trend menjadi
pemimpin akhirnya menjadi primadona di masa-masa kampanye pergantian para
pejabat negara. Tak heran jika mereka yang masih dibawah standard dipaksakan
untuk menjadi pemimpin dengan mengubah undang-undang adalah bagian strategi
perampokan kekayaan yang sesungguhnya adalah hak orang-orang miskin.
3. Ketiga, kepada Prajurit-prajurit, Yohanes Pembaptis berkata,
“jangan merampas, jangan memeras, cukupkanlah dirimu dengan gajimu”. Prajurit
pada saat itu melayani di bawah kekuasaan orang Romawi. Terkadang mereka menindas
secara fisik, melakukan tipu daya, menyeret orang yang tidak bersalah ke dalam
tuntutan hukum, menuduh siapapun secara salah (salah tangkap) dengan
menuntut bayaran yang mahal. Cara-cara brutal yang dilakukan ini kemudian hari
dialami oleh Yesus sendiri yakni Dia yang tak bersalah diseret ke pengadilan. Hebatnya
bahwa para prajurit menyadari kesalahannya dan meminta pertobatan dengan
mengubah pola perbuatan seperti yang dimaksudakan oleh Yohanes Pembaptis.
Tiga
jawaban atas pertanyaan “apa yang harus kami perbuat di atas sesungguhnya
sangat realistis untuk semua audiens pada masa ini. Kunci pertobatan bukan hanya
sekedar mengajukan pertanyaan tetapi sesungguhnya mewujudkan jawaban Yohanes
pembaptis yang sangat sederhana untuk lakukan. Jika engkau mempunyai kelebihan
pakaian dan makanan berbagilah dengan sesama yang tidak mempuanyainya. Jangan
memungut lebih dari apa yang ditetapkan hukum dan jangan memeras, cukupkanlah
dengan gajimu.
Salam Advent III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar