Iklan

Sabtu, 10 Oktober 2015

DESA KOLOTOBO FLORES TIMUR


Kolotobo, nama sebuah desa terpencil di bagian ujung Timur kabupaten Flores Timur. Masyarakatnya hidup dari keterasingan dunia telekomunikasi dan fasilitas listrik. Mereka dapat bertahan untuk hidup  dengan menghandalkan pertanian lahan kering. Harapan satu-satunya adalah sedikit hujan di musim hujan untuk mengairi lahan pertanian mereka. Mata pencaharian utama adalah mengiris tuak untuk membuat minuman yang akan di jual  ke daerah sekitarnya. Pemerintah sedikit membuka mata pada saatnya bupati Felix Fernades, ketika beliau membuka jalan pertama kalinya menuju desa Kolotobo. Hingga sampai saat ini kami masyarakat Kolotobo dapat menikmati jalan menuju ke sana dengan sepeda motor. Itupun hanya orang tertentu yang mampu membeli sepeda motor. Memang wilayah kepala burung masih terisolasi termasuk beberapa desa di sekitarnya seperti Basira, Tone, Koten dan Lewokoli.
Mereka memiliki religiositas rakyat yang masih kental dengan budaya Lamaholot. Nuba Nara sebagai Tempat kramat pemujaan kepada leluhur masih ada di sana. Para tetua adat yang biasanya menceritakan (koda knalan) asal usul tanah Patisira dan asal usul leluhur mereka masih kuat dalam ingatan mereka. Bagaimanapun juga mereka dapat mengenal siapa  sesungguhnya mereka ketika mereka menempatkan dirinya dalam struktur budaya Lamaholot. Koten-Kelen –Hurint- Maran adalah nama-nama suku besar (kebelen) masih di agungkan di wilayah ini.
Persoalannya: apakah pemerintah membuka dan mengarahkan pandangannya ke wilayah kepala burung ini untuk membongkar keterasingan mereka untuk menemukan sesuatu yang baru di sana?