Iklan

Sabtu, 14 Desember 2024

APA YANG HARUS KAMI PERBUAT

 

REFLEKSI

MINGGU ADVENT III

TAHUN C

Injil Lukas, 3:10-18 

 RP. Patrisius Dua Witin, CP

 

Hampir semua komentator sepakat bahwa bacaan Injil hari ini mengindikasikan bahwa “Yohanes Pembaptis berhasil melaksanakan tugasnya sebagai perintis persiapan kedatangan Tuhan. Banyak orang terpesona dengan ajarannya dan ingin mengubah masa lalunya dengan mengatakan kalau begitu “apa yang harus kami perbuat?”  Paralel dengan teks ini dapat dilihat dalam Kisah Para rasul di mana pertanyaaan yang sama dilontarkan juga ketika Petrus berkhotbah di depan banyak orang dan pada saat  yang sama  semua mengatakan “Jadi apa yang harus kami perbuat?  Kisah Para Rasul 2:37

Inisiatif datang dari para pendengar dengan mengajukan pertanyaan kepada Yohanes Pembaptis tentang apa yang harus kami perbuat merupakan jalan pertobatan yang semakin terbuka lebar. Pertanyaan tentang Apa yang yang harus kami perbuat adalah pertanyaan yang  datang dari orang-orang sederhana yang  telah membuka pintu hatinya untuk keselamatan. Pintu pertobatan ini hanya bisa terbuka ketika orang dengan rendah hati menerima pengajaran dan nasihat dari orang yang tidak diketahui latar belakang pendidikannya. Oleh karena itu, jelaslah bahwa orang-orang cerdik pandai dan mereka yang membanggakan pengetahuan mereka lebih sulit dikoreksi daripada orang-orang sederhana dan tidak terpelajar. Bahkan, mereka yang menganggap diri mereka bijak sering mengejek orang-orang sederhana  yang ingin bertobat.

Menurut Origenes ada tiga kelompok  yang bertanya dan Yohanes Pembaptis memberikan tiga jawaban sesuai dengan masing-masing audiens.

1.       Pertama, kepada semua orang:  barang siapa mempunyai dua helai baju hendaklah ia memberikan  kepada orang yang tidak mempunyainya. Dua helai baju (ὁ ἔχων δύο χιτῶνας), diterjemahkan  memiliki kelebihan pakaian”. Dan barang siapa mempunyai kelebihan makanan (beras, ubi, pisang, jagung, dan lain-lain) hendaklah ia berbuat demikian. Pertama-tama setiap orang harus memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu, setelah itu, kelebihannya dibagikan kepada orang miskin. Siapapun yang menumpuk kekayaan sesungguhnya tidak pantas dan layak di hadapan Tuhan karena ia telah merampas hak orang-orang miskin. St. Bernardus dan Jerome menegaskan bahwa penumpukan kekayaan merupakan pencurian, penistaan, dan penjarahan yang seharusnya diberikan kepada orang miskin. Bencana letusan gunung Lewotobi laki-laki di Flores Timur mengakibatan belasan ribu pengungsi di tenda-tenda darurat sungguhnya mengubah pola perbuatan kita untuk untuk berbuat demikian. Barang siapa mempunyai kelebihan pakaian maupun makanan hendaklah berbagi kepada yang tidak mempunyainya. Tentu saja bantuan mengalir dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Umat membantu umat melalui banyak pihak untuk menyalurkan bantuan.  Negara akhirnya mengumumkan peristiwa ini sebagai bencana nasional. Tragedi bencana alam atau apapun penderitaan kemanusiaan sesungguhnya memacuh andrenalin cinta kasih untuk berbagi dari kelebihan maupun kekurangan yang ada pada kita baik material maupun tenaga dan pikiran.  Jadi, Tobias berkata, 'Sesuai dengan kemampuanmu, berbelas kasihlah. Jika kamu memiliki banyak, berikanlah dengan berlimpah; jika kamu mempunyai sedikit, berikanlah dengan sukarela sekalipun sedikit itu'Tobit 4:80)

 

2.       Kedua, jawaban kepada para pemungut cukai. "Jangan menuntut lebih dari apa yang ditetapkan “ artinya jangan menuntut lebih dari apa yang ditetapkan bagimu oleh hukum atau oleh tuan-tuan yang barang-barangnya kamu pungut. Pemungut cukai merujuk pada pemungut pajak publik dan mereka yang menjalankan bisnis untuk meraup keuntungan besar besaran di dunia ini. Ada istilah dalam kalangan orang Indonesia yang disebut dengan pihak ketiga atau apa yang disebut tangan kedua dan tangan ketiga. Keluhan masyarakat tentang harga bahan pokok melambung tinggi dan harga komoditi jauh di bahwa standar sesungguhnya adalah permainan-permainan tangan tangan kelas atas untuk memeras yang mengakibatkan jurang antara yang kaya dan miskin semakin melebar. Oleh karena itu, jika anda ingin menjadi kaya hendaklah engkau merebut kursi pemimpin. Trend menjadi pemimpin akhirnya menjadi primadona di masa-masa kampanye pergantian para pejabat negara. Tak heran jika mereka yang masih dibawah standard dipaksakan untuk menjadi pemimpin dengan mengubah undang-undang adalah bagian strategi perampokan kekayaan yang sesungguhnya adalah hak orang-orang miskin.

 

3.       Ketiga, kepada  Prajurit-prajurit, Yohanes Pembaptis berkata, “jangan merampas, jangan memeras, cukupkanlah dirimu dengan gajimu”. Prajurit pada saat itu melayani di bawah kekuasaan orang Romawi. Terkadang mereka menindas secara fisik, melakukan tipu daya, menyeret orang yang tidak bersalah ke dalam tuntutan hukum, menuduh siapapun secara salah (salah tangkap) dengan menuntut bayaran yang mahal. Cara-cara brutal yang dilakukan ini kemudian hari dialami oleh Yesus sendiri yakni Dia yang tak bersalah diseret ke pengadilan. Hebatnya bahwa para prajurit menyadari kesalahannya dan meminta pertobatan dengan mengubah pola perbuatan seperti yang dimaksudakan oleh Yohanes Pembaptis.

 

Tiga jawaban atas pertanyaan “apa yang harus kami perbuat di atas sesungguhnya sangat realistis untuk semua audiens pada masa ini. Kunci pertobatan bukan hanya sekedar mengajukan pertanyaan tetapi sesungguhnya mewujudkan jawaban Yohanes pembaptis yang sangat sederhana untuk lakukan. Jika engkau mempunyai kelebihan pakaian dan makanan berbagilah dengan sesama yang tidak mempuanyainya. Jangan memungut lebih dari apa yang ditetapkan hukum dan jangan memeras, cukupkanlah dengan gajimu.

Salam Advent III