REFLEKSI
HARI
MINGGU PASKAH VI TAHUN B
Injil Yohanes 15:9-17
Tanggal 05 Mei 2024
RP.
Patrisius Dua Witin, CP
Jika kita konsisten dengan gagasan Minggu kemarin, maka Injil Minggu ini merupakan kelanjutan pidato Yesus dalam acara wusuda para Rasul di ruang tertutup. Pidato pengajaran ini sangat penting dan eksklusif karena para rasul bakal menempati fondasi Gereja yang tentunya akan bertahan dan berlanjut sampai hari ini. Yesus tidak lagi menggunakan metafora melainkan memberi arti terdalam dari metafora Minggu lalu yaitu “Akulah Pokok Anggur Yang Benar”. Kita tidak hanya menjadi ranting yang tinggal di dalam Kristus, hidup dari dan oleh Kristus melainkan “TINGGAL DI DALAM KASIH KRISTUS”.
Cinta Kasih adalah sifat dan hakikat Tuhan
karena itu Yohanes mengatakan bahwa “Allah adalah Kasih” (1 Yohanes,
4:8,16). Pertama-tama, Kasih Kristus kepada Bapa sehingga tak sedikitpun Ia
menyimpang dari Kehendak Bapa. Ketaatan inilah yang akan menjadi kunci untuk
senantiasa “tinggal di dalam Kasih-Nya”. Bagi siapapun yang tinggal di dalam
Kasih Kristus akan memperoleh pengudusan yang paling progresif dan bersifat
kekal. Kehidupan kekal bersama Kristus adalah maksud yang sama dari tinggal
dalam Kasih Kristus. Orang-orang yang
telah dinilai suci oleh Gereja adalah contoh konkret bagaimana mereka mencapai
kekudusan berkat “Tinggal di dalam Kasih Kristus”. Buah dari tinggal di dalam Kasih Kristus adalah “sukacita”. Sukacita bukan
dari dirinya sendiri melainkan datang dari Kristus sehingga sukacita menjadi
penuh.
Tinggal
dalam Kasih Kristus tak ada sekat yang mampu membatasinya karena itu Yesus
menyebut kamu bukan lagi hamba melainkan sahabat. Tak ada rahasia tersebunyi
karena segala sesuatu yang Kudengar dari
Bapa-Ku telah Kusampaikan kepadamu. Akhir dari Injil ini Yesus menegaskan sekaligus melantik para Rasul-Nya dengan mengatakan “
Aku memilih kamu dan Aku menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan
buah”.
Satu
hal yang menarik bahwa sebanyak 31 kali dalam Injil Yohanes, Yesus mengulang
kata-kata ini “ sama seperti”. Ini menunjukkan hubungan timbal balik
antara Yesus dengan Bapa-Nya, hubungan timbal
balik antara manusia dengan Yesus. Misalnya “Sama seperti Bapa telah
mengasihi Aku, dengan demikian aku telah mengasihi kamu.” Kwalitas nilai dari
Kasih manusia diukur menurut standar Kasih Allah. Hal inilah yang paling berisiko pada level
manusia karena kadar kwalitas kasih manusia bisa berubah-ubah. Hendaklah kamu
saling mengasihi sesuai dengan stadar kwalitas Kasih Allah yakni mempertaruhkan
nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya tentu saja hampir menjadi sebuah utopia. Hal
ini hanya bisa terjadi jika manusia benar-benar tinggal dalam Kasih Kristus dan
menghasilkan buah-buah yang membawah keselamatan bagi orang lain.
Persoalannya,
apakah saya sudah benar-benar tinggal dalam kasih Kristus? Apakah saya termasuk
orang yang menjadi sahabat Kristus? Apakah saya mengasihi sesama seperti
Kristus mengasihi saya? Apakah saya termasuk orang yang dipilih dan ditetapkan
Kristus untuk pergi dan menghasilkan buah? Buah-buah apa saja yang saya
hasilkan untuk menyenangkan hati sesama?