Iklan

Kamis, 15 Agustus 2024

RENUNGAN HUT KEMERDEKAAN RI KE 79

 Inspirasi 

Bacaan Matius 22:15-21

Oleh: Patrisius Dua Witin, CP



Saling serang menyerang antara Yesus dengan orang Farisi bukanlah hal baru. Contonya, Yesus datang membersihkan Bait Suci dari ketamakan mereka, mengundang kemarahan (Matius 21:12-12), mengecam mereka seperti pohon Ara yang tidak menghasilkan apa-apa tentu membuat mereka sakit hati (21:18-22), menentang otoritas-Nya (21:23-27) dan serangkaian perdebatan lainnya yang berakhir dengan kekalahan orang-orang Farisi.

Karena itu, mereka berkoalisi antara orang Farisi dan  orang Herodian untuk menjegal Yesus dengan pertanyaan jebakan. Pada kenyataannya orang Herodian dan orang Farisi saling bermusuhan tetapi kali ini, para musuh  membentuk koalisi baru untuk melawan Yesus. Ini yang disebut dengan Koalisi iblis dengan mengutus agen-agen ketamakan untuk mengajukan pertanyaan jebakan kepada Yesus. Mereka mulai dengan kata-kata  manipulatip yang telah dibungkus dengan rayuan dan sanjungan. Guru, Engkau seorang yang jujur, Engkau mengajarkan jalan Allah,  Engkau tidak mencari muka. Katakanlah pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Perlu diketahui bahwa ada dua jenis pajak yaitu pertama, pajak pemungutan suara atau pajak kepala, kapitalisasi pajak yang diatur menurut setiap orang yang sudah dewasa dan kedua adalah pajak cukai adalah pajak yang dikenakan negara pada barang-barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik tertentu misanya, cukai eksport dan import, cukai rokok, cukai semen, dan lain-lain. Jadi orang membeli barang langsung dengan harga membayar membayar pajak.

Membayar Pajak kepada Kaisar yang dimaksudkan adalah pajak pemungutan suara yang uangnya langsung diserahkan kepada Kaisar untuk urusan Kerajaan. Jika Yesus menghasut orang untuk tidak membayar pajak berarti Ia melawan kaisar dan itu harus diseret dan dihukum. Begitupun siapa yang menggelapkan pajak eksport dan import maka adakan diseret ke penjara. Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan jebakan. Tunjukkanlah kepadaku mata uang untuk pajak itu dan mereka membawa 1 Dinar kepada Yesus. (Catatatan 1 Dinar setara dengan $100 atau setara dengan kurang lebih Rp. 1.400.000 dan itu cukup untuk upah satu hari kerja. Bayangkan upah satu hari kerja pada waktu itu hampir setara dengan UMR di Indonesia pada saat ini). Dalam koin satu Dinar terdapat gambar dan tulisan Kaisar maka Yesus menjawab dengan gampang, berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada  Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.

Berkenaan dengan HUT KEMERDEKAAN RI KE 79 dan Ketika berhadapan dengan situasi akhir-akhir ini yakni proses Pilpres dan pemilihan para Kepala Daerah serentak maka bacaan di atas sesungguhnya menjadi gendrang peringatan bagi mereka yang masih memiliki naluri kebangsaan atau bisa jadi menjadi gendrang kematian demokrasi di Indonesia. Di Tengah perayaan besar HUT Kemerdekaan RI ke 79, para elit Partai sibuk menjalin koalisi bahkan  yang bermusuhan juga membentuk koalisi apapun namanya asal bukan koalisi iblis. Para elit Partai mulai menebarkan statement yang berisi  jebakan-jebakan yang pada gilirannya, wartawan mulai menggoreng ke sana kemari untuk membingungkan para wajib pajak pemungutan suara.

Kaisar indentik dengan kekuasaan. Presiden identik dengan kekuasaan. Segala-galanya bisa diatur, dijinakan, disanjung, dijebak, dilawan, dijegal, dipenjarakan, dihukum, bahkan bisa dibunuh atas dasar kalau dia mau atau kemauan keluarga. Kita tahu Yohanes Pembatis dipenggal lehernya dalam penjara hanya karena kemauan istri dan anak Herodes. Bukankah itu sesuatu yang sangat sadis. Kekuasaan bisa berubah menjadi sadis tanpa prikemanusiaan dan gonjang ganjing persoalan kematian Vina dan Eky adalah bagian dari kekuasaan yang gelap itu. Kaisar mengatur pajak pemungutan suara maupun pajak cukai eksport dan import untuk memperkuat kekuasaannya sementara para wajib pajak cukup disanjung dengan bantuan sosial.

Pertanyaan kita adalah dengan HUT KEMERDEKAN RI Ke 79  apakah kita semakin Merdeka ataukah kita semakin terbelenggu? Para wajib pajak adalah salah satu asset bangsa yang dipelihara, dijaga, dan dirawat untuk melanggengkan kekuasaan orang-orang tertentu. Para wajib pajak hidup terkungkung dan menjadi orang asing di negeri sendiri.  Mereka bukan pemilik dan pewaris bangsa ini.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar