Inspirasi
Bacaan Matius 22:15-21
Oleh: Patrisius Dua Witin, CP
Saling serang menyerang antara Yesus dengan orang Farisi bukanlah hal baru. Contonya, Yesus datang membersihkan Bait Suci dari ketamakan mereka, mengundang kemarahan (Matius 21:12-12), mengecam mereka seperti pohon Ara yang tidak menghasilkan apa-apa tentu membuat mereka sakit hati (21:18-22), menentang otoritas-Nya (21:23-27) dan serangkaian perdebatan lainnya yang berakhir dengan kekalahan orang-orang Farisi.
Karena itu,
mereka berkoalisi antara orang Farisi dan
orang Herodian untuk menjegal Yesus dengan pertanyaan jebakan. Pada
kenyataannya orang Herodian dan orang Farisi saling bermusuhan tetapi kali ini,
para musuh membentuk koalisi baru untuk
melawan Yesus. Ini yang disebut dengan Koalisi iblis dengan mengutus agen-agen
ketamakan untuk mengajukan pertanyaan jebakan kepada Yesus. Mereka mulai dengan
kata-kata manipulatip yang telah
dibungkus dengan rayuan dan sanjungan. Guru, Engkau seorang yang jujur, Engkau
mengajarkan jalan Allah, Engkau tidak
mencari muka. Katakanlah pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada Kaisar
atau tidak? Perlu diketahui bahwa ada dua jenis pajak yaitu pertama, pajak
pemungutan suara atau pajak kepala, kapitalisasi pajak yang diatur menurut
setiap orang yang sudah dewasa dan kedua adalah pajak cukai adalah pajak yang
dikenakan negara pada barang-barang tertentu yang mempunyai sifat dan
karakteristik tertentu misanya, cukai eksport dan import, cukai rokok, cukai
semen, dan lain-lain. Jadi orang membeli barang langsung dengan harga membayar
membayar pajak.
Membayar Pajak
kepada Kaisar yang dimaksudkan adalah pajak pemungutan suara yang uangnya
langsung diserahkan kepada Kaisar untuk urusan Kerajaan. Jika Yesus menghasut
orang untuk tidak membayar pajak berarti Ia melawan kaisar dan itu harus
diseret dan dihukum. Begitupun siapa yang menggelapkan pajak eksport dan import
maka adakan diseret ke penjara. Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan
jebakan. Tunjukkanlah kepadaku mata uang untuk pajak itu dan mereka membawa 1
Dinar kepada Yesus. (Catatatan 1 Dinar setara dengan $100 atau setara dengan
kurang lebih Rp. 1.400.000 dan itu cukup untuk upah satu hari kerja. Bayangkan
upah satu hari kerja pada waktu itu hampir setara dengan UMR di Indonesia pada
saat ini). Dalam koin satu Dinar terdapat gambar dan tulisan Kaisar maka Yesus
menjawab dengan gampang, berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang
wajib kamu berikan kepada Allah.
Berkenaan dengan
HUT KEMERDEKAAN RI KE 79 dan Ketika berhadapan dengan situasi akhir-akhir ini
yakni proses Pilpres dan pemilihan para Kepala Daerah serentak maka bacaan di
atas sesungguhnya menjadi gendrang peringatan bagi mereka yang masih memiliki
naluri kebangsaan atau bisa jadi menjadi gendrang kematian demokrasi di
Indonesia. Di Tengah perayaan besar HUT Kemerdekaan RI ke 79, para elit Partai
sibuk menjalin koalisi bahkan yang
bermusuhan juga membentuk koalisi apapun namanya asal bukan koalisi iblis. Para
elit Partai mulai menebarkan statement yang berisi jebakan-jebakan yang pada gilirannya,
wartawan mulai menggoreng ke sana kemari untuk membingungkan para wajib pajak
pemungutan suara.
Kaisar indentik
dengan kekuasaan. Presiden identik dengan kekuasaan. Segala-galanya bisa
diatur, dijinakan, disanjung, dijebak, dilawan, dijegal, dipenjarakan, dihukum,
bahkan bisa dibunuh atas dasar kalau dia mau atau kemauan keluarga. Kita tahu
Yohanes Pembatis dipenggal lehernya dalam penjara hanya karena kemauan istri
dan anak Herodes. Bukankah itu sesuatu yang sangat sadis. Kekuasaan bisa
berubah menjadi sadis tanpa prikemanusiaan dan gonjang ganjing persoalan
kematian Vina dan Eky adalah bagian dari kekuasaan yang gelap itu. Kaisar
mengatur pajak pemungutan suara maupun pajak cukai eksport dan import untuk
memperkuat kekuasaannya sementara para wajib pajak cukup disanjung dengan
bantuan sosial.
Pertanyaan kita
adalah dengan HUT KEMERDEKAN RI Ke 79
apakah kita semakin Merdeka ataukah kita semakin terbelenggu? Para wajib
pajak adalah salah satu asset bangsa yang dipelihara, dijaga, dan dirawat untuk
melanggengkan kekuasaan orang-orang tertentu. Para wajib pajak hidup
terkungkung dan menjadi orang asing di negeri sendiri. Mereka bukan pemilik dan pewaris bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar