Iklan

Kamis, 25 Mei 2023

SANG GURU KEBENARAN ITU TELAH PERGI

 

MENGENANG SAHABATKU  RD. AGUSTINUS SISWANI  IRI

Oleh: RP. Patrisius Dua Witin, CP

 


“Belajar dari Sang Guru”
itulah motto imamat  RD. Agustinus Siswani Iri, sosok imam Keuskupan Larantuka yang belum lama meninggal dunia akibat sepeda motor yang dikendarainya menabrak trotoar dan diding pagar dekat Kodim,  Lokea, Kota Larantuka. Apa makna sesungguhnya di balik moto ini? Tentu saja Gusti Iri sapaan akrab di antara teman-teman  imam yang mengerti dan menghayatinya dengan jelas karena dialah sang pemilik motto ini.   Kebanyakan dari kita hanya sekedar menafsir yang belum tentu benar tentang isi dari motto ini setelah beliau tak ada lagi di depan mata kita.

 Saya mengenal Gusti iri ketika video penolakan tambang di Lembata viral di media sosial dan dalam video itu, beliau sedang berorasi di atas mobil terbuka.  Tahun 2015, saya berpindah  tugas dari Keuskupan Sanggau, Kalimantan Barat  ke Keuskupan Larantuka dan di sinilah saya bertemu dengan Gusti Iri pada momen pertama pertemuan Pepemdila di paroki Waiklibang.  Pada saat perjumpaan pertama dengan beliau,  saya langsung mengajukan  pertanyaan: bukanah teman ini yang berorasi  tentang penolakan tambang di Lewoleba?  Saya telah menonton videonya ketika masih bertugas di Kalimantan. Tanpa basa basi, beliau langsung menjelaskan tentang semua peristiwa yang terjadi pada saat itu. Sejak itu, hampir semua momen perjumpaan dengan beliau, kami selalu berdikusi tentang seluk beluk perjuangan untuk menyuarakan kebenaran di tengah ketidakadilan. Akhirnya, saya memahami bahwa sosok Gusti Iri tidak bisa terlepas dari panggilannya untuk memperjuangan kebenaran ketika kebenaran itu  digoreng-goreng dalam kwali yang mengatasnamakan dirinya demi Kebaikan  Bersama.

Apakah perjuangannya ini dilandasi oleh mottonya: Belajar dari Sang Guru?  Gusti Iri tentu belajar banyak dari Sang Guru Kebanaran yaitu “YESUS KRISTUS”.   Yesus, Sang Guru Kebenaran telah dihancurluluhkan sekecil-kecilnya untuk  dijadikan cermin kehidupan dan salah satu kepingannya adalah sosok Sang Guru Kebenaran yang dimanfaatkan oleh Gusti Iri untuk dijadikan  kompas hidupnya. Pesoalannya sekarang adalah ketika Sang Guru sedang diadili di depan Pilatus,  Dia masih mempertanyakan Apa itu Kebenaran? Pada hal Dialah  Sang Kebenaran itu. Pilatus tak mampu menjelaskan definisi kata “kebenaran” bahkan setiap orang memiliki definisi menurut ukuran kepalanya. Di tengah hiruk pikuk, gonjang ganjing ketidakpastian mengukur kebenaran, tampillah Gusti Iri, yang sudah lulus belajar dari Sang Guru Kebenaran untuk menjelaskan kepada publik tentang “kebenaran sejati”. Itulah sosok Gusti Iri yang didefinisikan sebagai pejuang kebenaran di panggung-panggung media bahkan turun ke jalan-jalan untuk menyuarakan kebenaran.

Sang Guru Kebenaran telah pergi (NAIK KE SURGA), tiga hari kemudian Guru Kebenaran, sahabatku Gusti Iri menyusul naik ke Surga. SELAMAT JALAN.  Sang Guru Kebenaran, jangan lupa Utuslah  Roh Kudus untuk kami, dan Guru Kebenaran, Gusti Iri doakanlah Kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar