MENGENANG SAHABATKU RD. AGUSTINUS SISWANI IRI
“Belajar dari Sang Guru” itulah motto imamat RD. Agustinus Siswani Iri, sosok imam Keuskupan Larantuka yang belum lama meninggal dunia akibat sepeda motor yang dikendarainya menabrak trotoar dan diding pagar dekat Kodim, Lokea, Kota Larantuka. Apa makna sesungguhnya di balik moto ini? Tentu saja Gusti Iri sapaan akrab di antara teman-teman imam yang mengerti dan menghayatinya dengan jelas karena dialah sang pemilik motto ini. Kebanyakan dari kita hanya sekedar menafsir yang belum tentu benar tentang isi dari motto ini setelah beliau tak ada lagi di depan mata kita.
Saya mengenal Gusti iri ketika video penolakan
tambang di Lembata viral di media sosial dan dalam video itu, beliau sedang
berorasi di atas mobil terbuka. Tahun
2015, saya berpindah tugas dari
Keuskupan Sanggau, Kalimantan Barat ke
Keuskupan Larantuka dan di sinilah saya bertemu dengan Gusti Iri pada momen
pertama pertemuan Pepemdila di paroki Waiklibang. Pada saat perjumpaan pertama dengan beliau, saya langsung mengajukan pertanyaan: bukanah teman ini yang berorasi tentang penolakan tambang di Lewoleba? Saya telah menonton videonya ketika masih
bertugas di Kalimantan. Tanpa basa basi, beliau langsung menjelaskan tentang
semua peristiwa yang terjadi pada saat itu. Sejak itu, hampir semua momen
perjumpaan dengan beliau, kami selalu berdikusi tentang seluk beluk perjuangan
untuk menyuarakan kebenaran di tengah ketidakadilan. Akhirnya, saya memahami
bahwa sosok Gusti Iri tidak bisa terlepas dari panggilannya untuk memperjuangan
kebenaran ketika kebenaran itu
digoreng-goreng dalam kwali yang mengatasnamakan dirinya demi
Kebaikan Bersama.
Apakah perjuangannya ini
dilandasi oleh mottonya: Belajar dari Sang Guru? Gusti Iri tentu belajar banyak dari Sang Guru
Kebanaran yaitu “YESUS KRISTUS”. Yesus, Sang Guru Kebenaran telah dihancurluluhkan
sekecil-kecilnya untuk dijadikan cermin
kehidupan dan salah satu kepingannya adalah sosok Sang Guru Kebenaran yang
dimanfaatkan oleh Gusti Iri untuk dijadikan
kompas hidupnya. Pesoalannya sekarang adalah ketika Sang Guru sedang
diadili di depan Pilatus, Dia masih
mempertanyakan Apa itu Kebenaran? Pada hal Dialah Sang Kebenaran itu. Pilatus tak mampu
menjelaskan definisi kata “kebenaran” bahkan setiap orang memiliki
definisi menurut ukuran kepalanya. Di tengah hiruk pikuk, gonjang ganjing
ketidakpastian mengukur kebenaran, tampillah Gusti Iri, yang sudah lulus
belajar dari Sang Guru Kebenaran untuk menjelaskan kepada publik tentang
“kebenaran sejati”. Itulah sosok Gusti Iri yang didefinisikan sebagai pejuang
kebenaran di panggung-panggung media bahkan turun ke jalan-jalan untuk
menyuarakan kebenaran.
Sang Guru Kebenaran telah
pergi (NAIK KE SURGA), tiga hari kemudian Guru Kebenaran, sahabatku Gusti Iri
menyusul naik ke Surga. SELAMAT JALAN.
Sang Guru Kebenaran, jangan lupa Utuslah
Roh Kudus untuk kami, dan Guru Kebenaran, Gusti Iri doakanlah Kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar