Iklan

Selasa, 17 Maret 2020

BELAJAR DARI TELADAN SANTO PATRISIUS


Riwayat Singkat

Santo Patrisius lahir di Inggris tahun 389. Anak seorang pegawai Romawi keturunan Skotlandia. Ketika berusia 16 tahun, ia diculik oleh segerombolan perampok, dan dijual sebagai budak belian di Irlandia. Selama 6 tahun sebagai budak, ia mengalami banyak perlakuan tidak adil dan penindasan. Perlakuan ini menimbulkan kebencian terhadap bangsa Irlandia, yang kebanyakan orang Kafir. Situasi ini mendorong dia untuk melarikan diri dan berniat satu saat akan mempertobatkan bangsa tersebut, dan mereka mengenal Kristus. Ia menyadari penculikan tersebut sebagai jalan Tuhan agar ia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Kesadaran akan cinta Kristus terhadap bangsa tersebut.

Niat untuk mempertobatkan itu semakin kuat, karena kenyataanya hidup orang Irlandia yang kafir itu. Ia berhasil melaksanakan tekatnya dan meloloskan diri dari cengkeraman hidup sebagai budak. Dia pergi ke Perancis, di sana ia masuk sebuah biara. Dia  menempuh studi imamat.  Setelah menyelesaikan studinya, ia ditahbiskan menjadi imam. Karyanya dalam tugas imamat sangat gemilang dan berhasil mempertobatkan bangsa Irlandia. Karya ini semakin nampak ketika ia diangkat menjadi uskup dan mendirikan Gereja di Irlandia.

Proses menuju Imamat

Patrisius menempuh pendidikan imamat di Perancis. Selama masa pendidikan ia terkenal sebagai orang yang rajin, tekun, ulet dan disiplin yang tinggi. Dia juga menyadari bahwa sikap yang dia miliki adalah rahmat dari Allah. Allah yang menyertai dia, menuntun dalam segala perjuangannya. Hal ini tampak lewat perjuangan belajar dan komitmen yang kuat dengan tetap menyediakan waktu untuk berdoa.

Prestasi belajar yang gemilang mengalir dari kehidupan yang teratur dan disiplin yang tinggi serta usaha keras dalam belajar dan berdoa. Baginya studi itu sulit dan gampang, tetapi dia juga yakin bahwa Allah yang menjadi kekuatannya. Keyakinan atas karya Tuhan dalam hidupnya terungkap dalam penyerahan diri yang total kepada Allah. Dia diteguhkan lewat kata-kata yang disampaikan oleh St. Paulus kepada jemaat di Roma, “ Allah mengerjakan segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi siapa saja yang mengasihi Dia” (Rm 8:28). Patrisius yakin bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal, terutama pengalaman yang dia alami, dalam perjuangannya.


Hal yang menarik ialah St. Patrisius, sebelum dan sesudah aktivitas harian dia selalu mohon berkat dan syukur atas penyertaan Tuhan. Komitmennya yang kuat dan dengan tekat yang bulat dalam melakukan segala sesuatu dengan baik, menghantar dia menjadi seorang imam yang berhasil dan sungguh beriman.  Imannya yang besar, melihat segala sesuatu baik adanya, bahkan peristiwa seberat apapun yang dia alami, dia tetap yakin bahwa Tuhan tetap memberikan yang  terbaik dalam hidupnya. Dia yakin Tuhan tidak akan mengingkari janji, janji Tuhan pasti dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan-Nya. Kesulitan, tantangan dan cobaan yang dihadapinya  mengantarnya lebih dekat pada Yesus.

Menjadi seorang imam

Bagi St. Patrisius menjadi seorang imam adalah suatu panggilan yang suci. Dia mengakui bahwa panggilan khusus seorang imam adalah untuk “menguduskan dan menyucikan orang lain”.  Artinya lewat sakramen-sakramen tobat. Juga tugas lain adalah sebagai nabi yaitu mewartakan firman Allah, kabar gembira Yesus Kristus kepada sesama. Dengan demikian orang lain juga menerima kabar gembira tersebut, serta mengalami dalam hidup. Tugas imam yang ketiga adalah menjadi Raja. Raja bukan dalam pengertian menguasai, tetapi seorang raja yang melindungi, menyelamatkan orang lain. Ketiga tugas ini adalah mulia sekaligus menuntut tanggung jawab yang besar dari seorang imam. St. Patrisius yakin bahwa Allah yang menawarkan panggilan indah ini, juga dituntut suatu jawaban yang serius dan tekun. Dia menambahkan bahwa tugas ini berat tetapi Allah terus dan terus mencurahkan rahmat-Nya. Inilah yang membuat dia tidak takut dalam segala hal.

St. Patrisius selalu mendengungkan hal ini “seorang imam harus punya pengalaman pribadi dekat dengan Yesus. Ungkapan ini mengandung banyak arti sekaligus suatu refleksi yang tak ada akhir. Dia mengulas demikian; Doa adalah sangat penting bagi seorang imam. Dengan doa ia akan semakin dekat, mengenal dan perlahan-lahan mengerti sedikit apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidupnya. Doa juga menjadi motor dalam pewartaan. Doa itu sangat penting. Memang benar, kesaksian St. Patrisius memukau dan mempertobatkan orang Irlandia karena pewartaan yang disertai doa.

Relasi yang dekat dengan Yesus, menumbuhkan cinta yang terus berkobar dalam hati. Cinta inilah yang mendorong dia untuk terus belajar dari Yesus. Sabda Tuhan yang hidup sungguh menyapa dia, dan membawa dia untuk memahami rencana dan kehendak Tuhan.  Doa dan membaca Firman, dua aspek yang tidak dapat dipisahkan, inilah kekuatan dan pedang yang kokoh dan kuat dalam pewartaan. Seorang imam juga harus rendah hati dan berani berkorban sama seperti Kristus.

Semangat Pelayanan dan Pewartaan Orang-orang Irlandia

Bagi seorang pewarta suatu tantangan besar jika melakukan atau mengembangkan misi kepada orang yang belum mengenal Kristus. Pengembangan misi di Irlandia, pada waktu itu  adalah taruhan nyawa hidup atau mati. Mengapa? Karena bangsa Irlandia masih kafir.

St. Patrisius yakin bahwa dia melakukan karya Allah sendiri, maka dia tertegun dengan kata-kata; “sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada” (Kis 17:28). Patrisius menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan sejak awal dan dipilih oleh Tuhan. oleh karena itu, dia tidak takut menghadapi orang-orang Irlandia yang kafir itu. Dia berpegang pada kuasa dan rahmat Tuhan yang melindunginya. Dia juga tahu bahwa dia hanyalah alat di tangan Allah, Allahlah yang melengkapi segalanya.  Dengan keyakinan ini, mulailah ia berkarya dan hidup di tengah-tengah orang kafir.


Dalam perjalanan waktu, dia mengamati cara hidup orang-orang kafir dan bergaul erat dengan mereka. Orang-orang kafir tersebut, kagum dan heran akan penampilan St. Patrisius yang sederhana, berwibawa, kata-kata dan sapaan yang sangat bijaksana serta keramahannya terhadap semua orang. Lambat laun orang mulai tertarik dan penasaran. Lalu mereka bertanya. Apa rahasianya supaya seperti tuan? Dari mana tuan mempelajari semuanya itu? Dialog dengan beberapa orang ini rupanya awal yang baik. Bagi St. Patrisius inilah saat yang tepat. Dia mulai menjawab bahwa Yesuslah Sang guru sejati. Dalam Yesus ada kesederhanaan, kebijaksanaan, keramahan dan kasih. Dari pengalaman beberapa orang tersebut, mulailah tersiar kabar bahwa ada sesuatu karya yang baru di Irlandia.

Makin hari semakin banyak orang mendengar dia. Di pihak lain orang Irlandia juga  terbuka terhadap ajaran baru tersebut. Maka dari itu, orang semakin berdatangan dan mendengarkan dia. Cara hidup sederhana, sikap ramah dan berwibawa semakin memikat orang banyak. Khotbah-khotbahnya penuh wibawa, ada kuasa, menggetarkan para dukun-dukun dan kepala suku tetapi justru membuat banyak rakyat bertobat. Pemimpin-pemimpin Irlandia yang masih kafir berhasil diyakinkannya dan sebagai tanda ajaib, panglima perang beserta anak buahnya ditobatkan dan dipermandikan.

St. Patrisius semakin dipenuhi rasa syukur yang berlimpah-limpah kepada Tuhan atas karyanya di Irlandia. Kenyataan ini mendorong dia untuk terus berjuang dan mengembangkan kerajaan Allah di Irlandia. Kenyataan ini mendorong dia untuk terus berjuang dan mengembangkan kerajaan Allah di Irlandia. Hidup dan penampilan St. Patrisius ternyata menarik cukup banyak pemuda dan pemudi untuk bergabung dengan St. Patrisius. Pada waktu itu banyak dari antara mereka yang menjadi biarawan, biarawati dan menyerahkan hidup secara khusus kepada Tuhan. Karena semakin banyak orang terpikat oleh cara hidup St. Patrisius, maka mulailah ia mendirikan biara dan Gereja di Irlandia. Sejalan dengan peristiwa ini orang-orang Irlandia yang baru bertobat itu mendukung dan membantu St. Patrisius untuk pengembangan misi tersebut.

Karyanya sebagai imam semakin termasyur maka tahun 432, ia ditahbiskan menjadi uskup Misionaris dan diutus oleh Paus ke Irlandia. Pewartaanya semakin gencar lagi ketika menjadi uskup. Dia terkenal sebagai seorang uskup yang rendah hati, ramah bijaksana dan memimpin umatnya dengan penuh kasih sayang.

Senja hidupnya dihabiskan dengan berdoa dan bermeditasi, khususnya berdoa terus untuk bangsa Irlandia. Dia meninggal dunia tahun 461. St. Patrisius dipandang sebagai seorang rasul bangsa Irlandia. Meskipun sudah meninggal nama Patrisius tetap harum di tengah umat, tetap dikenang karena penampilanya yang sederhana, khotbahnya yang menarik banyak orang, serta pandai mengulas ayat-ayat Kitab Suci dengan sederhana. Lewat cara ini membawa banyak orang untuk mengenal Kristus.

Teladan St. Patrisius


·         Menyerahkan segala kesulitan apapun pada Tuhan. Untuk melakukan hal ini diandaikan orang harus punya iman kepada Tuhan Yesus. Memang, tidak semua peristiwa begitu mudah dipersembahkan kepada Tuhan. namun kenyataannya St. Patrisius telah melakukannya. Kita juga diajak lewat hidup St. Patrisius bahwa kalau ada persoalan, kesulitan dan tantangan kita berdoa dan mempersembahkan kepada Tuhan. Dalam praktiknya sulit, tetapi mari kita usahakan terus menerus, sambil mohon rahmat iman agar kita mampu menghadapi peristiwa tersebut. St. Patrisius adalah, contoh terbaik bagi kita, agar kita sebagai orang beriman berani menyerahkan diri secara total kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan.
·         Tekun dan rajin dalam menjalankan tugas serta setia dalam doa dan merenungkan firman. Dalam Masyarakat kita jumpai banyak orang sukses dalam karya-karya dan usaha karena mereka tekun dan serius dalam perjuangan. Dalam dunia orang kudus banyak dari mereka, yang setia, tekun dan rajin dalam doa. Doalah yang membawa mereka lebih dekat dengan Yesus. Mereka tekun, setia, dan terus berjuang dalam mengikuti Yesus. Mereka mengalami indahnya sebuah penderitaan dan kemuliaan bersama Yesus. Rahmat yang mendorong mereka untuk terus berjuang. Sikap lain adalah disiplin dalam segala hal, mengerjakan dan melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggungjawab. Kerendahan hati berarti menerima secara benar bahwa setiap manusia punya kelemahan dan kelebihan. Sikap rendah hati, disiplin, tekun dalam doa, inilah yang kita kembangkan sebagai kaum beriman.

Semangat cinta kasih dalam pewartaan.



Dasar pewartaan adalah mencintai Tuhan dan sesama. Dia telah mengalami bahwa Yesus mencintainya, di lain pihak Yesus juga mencintai orang lain. St.Patrisius ingin agar orang lain juga mengalami cinta yang sama. Memang tidak semua orang dipanggil untuk mewartakan sabda. Namun setiap orang beriman dipanggil untuk mengasihi sesama lewat kata-kata yang penuh kasih, menghibur orang yang susah dan sedih bahkan mendoakan mereka. Dan yesus sendiri pernah mengatakan bahwa, “ Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu sedemikian pula kamu harus salng mengasihi” (Yoh 13:34). Dalam kehidupan iman katolik, patutlah kita bersyukur kepada Tuhan karena ada orang kudus yang memberikan contoh terbaik bagi kita. Mari kita meneladani iman St. Patrisius sambil memohon rahmat Tuhan, agar kita juga diberi rahmat oleh Allah dalam sepanjang perjalanan hidup kita.

Sumber : carmelia.net