Transportasi jalan
darat adalah pilihan dasar untuk
mengembangkan potensi-potensi SDM DAN SDAbahkan sebagai
kebutuhaan vital masyarakat. Sayang bahwa kondisi infrastruktur jalan darat menuju
Kotenwalang kurang diperhatikan oleh para penguasa lokal maupun pusat. Gelora
suara-suara sumbang yang semakin serak dikumandangkan dari wilayah Kotenwalang hampir tak mempan lagi. Apakah kita harus diam
atau memang harus diteriakan terus-menerus sampai orang bertelinga tak mampu
mendengar lagi?
Teriakan dan jeritan
masyarakat Kotenwalang untuk menuntut pembangunan infrastrukur jalan bukan
hanya karena kendaraan dapat melaju dengan enak di jalan beraspal melainkan ada
kebutuhan yang paling penting dari itu
adalah:
1. Mendrongkrak lajunya
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kondisi jalan buruk akan terus memiskinkan
masyarakat karena harga barang akan melambung tinggi dan daya beli masyarakat
akan semakin melemah.
2. Gerakan untuk
membangun desa oleh bapak Presiden Jokowi dengan dana desa milyaran rupiah dan
realisasi program Bupati Larantuka “Desa
membangun kota menata” hanya sebuahimpian yang terkatung-katung karena biaya transportasi melambung
tinggi.
3. Aspek pembangunan di
bidang lainnya seperti Listrik yang disebut dengan program unggulan Indonesia Terang, sarana kesehatan (Indonesia sehat) telekomunikasi (Indonesia dering)dan lain-lainpun akan
menjadi mandek hanya karena transportasi jalan darat sangat parah.
Oleh karena itu, masyarakat
Kotenwalang pengimpikan ruas jalanan dari Simpang Lamanabi ke Tone, wilayah
Kotenwalang segera dibangun dalam waktu dekat. Ini merupakan kebutuhan vital bagi
masyarakat Kotenwalang yang meliputi 4
desa di sana.