Tahun 1992 tsunami memporakporandakan semua kampong di wilayah Tanjung
Bunga flores Timur. Pusat kekuatan gempa diperkirakan dekat Pulau Babi, Maumere
pada waktu itu mengguncang pulau Flores. Imbas kekuatan gempa ini dirasakan
oleh seluruh kampong di wilayah Tanjung Bunga. Turobean adalah satu-satunya
kampong disapu bersih tsunami tanpa tersisa manusia. Mereka yang hidup adalah
orang-orang yang pada saat itu berada di luar kampong (ke ladang atau berada di kampong lain). Korban nyawa manusia, dan
kerusakan bangunan menyisahkan trauma yang sangat mendalam. Karena itu terjadi
perubahan dengan munculnya pemukiman baru.
Kampung Hurit dan Walang berubah menjadi Basira, Koten tetap berad pada
pasisi semuala tetapi berkembang ke perbukitan yaitu Bauwolo dan Kolotobo.
Lewokoli membuat pemukiman baru ke daerah perbukitan. Sementara Tone sejak
semua tetap pada posisinya. Tidak terjadi pemukiman baru. Yang berubah adalah
Tone yang dulunya sebuah stasi berubah menjadi lingkungan Basira. Mereka harus
berjalan kurang lebih setengah jam untuk melakukan ibadat dan misa di Basira
meskipun mereka memiliki sebuah kapel. Menanti 24 tahun bukan waktu yang
singkat buat masyarakat Tone. Kerinduan ini bagaikan hujan emas yang jatuh ke
bumi ketika Tone diresmikan menjadi stasi pada tanggal 27 Mei 2016. Pelayanan Sakramen akan lebih intensif. Kerajaan Allah
semakin nyata di wilayah Kopong Dei, Tajung Bunga, Flores Timur.