Sunset di Tanjung Bunga |
Persoalannya,
mengapa Wilayah di ujung tanjung Flores
Timur sebagai tempat bersejarah lahirnya nama pulau “Flores” terpinggirkan dari
berbagai intaian pemerintah daerah Flores Timur. Masyarakat ujung Tanjung Bunga
(Koten-Walang dan sekitarnya)sejak bupati pertama: Yohakim BL. De Rosari sampai
bupati Yoseph Lagadoni Herin justru daerah ini jauh dari perhatian pemerintah daerah Flores Timur
meskipun bahwa suksesi kepimpinan di Flores Timur sampai pada saat ini mencapai
10 orang Bupati. Ini sangat ironis
ketika kita menyandang nama besar Flores
kemudian melupakan bahkan tidak mau tahu tentang asal usul dari mana datangnya
nama ini.
Bukankah
pemerintah harus mengabadikan tempat itu bahkan menjaga kelestarian bunga lagka
di sana? Dan mengapa mereka membiarkan daerah ini tertinggal jauh dari masyarakat lainnya. Jahu dari Listrik dan
dunia telekomukasi. Mereka harus merogo kocek sampai 500.000 hanya ongkos ojek
pergi pulang kota Larantuka. Bukankah tidak adil. Jalan masuk hanya digusur
sekali pada tahun 2010 hingga saat ini belum ada perbaikan. Dan lebih para lagi
adalah status jalannya adalah jalan tani. Menyandang status jalan tani sama
dengan menghina masyarakat wilayah ujung Tanjung Bunga. Barangkali pemda Flotim
harus membuka mata dan hati untuk memberi perhatian lebih terutama pengaspalan
jalan menuju Koten-Walang dan sekitarnya
yang nota bene melahirkan nama besar “Flores”.
Jika tidak maka nama “Flores” hanyalah sebuah nama meskipun dikenal oleh
seluruh dunia tanpa mengengetahui rekam jejak asal usul nama itu.