Oleh:
Patrisius Dua Witin, CP
Ada jalan rusak, ada jalan mulus, ada
jalan panjang, ada jalan pintas, Ada jalan keluar, ada jalan masuk, ada jalan
gelap, ada jalan terang ada jalan tikus, ada jalan raya, ada jalan negara, ada
jalan desa, ada jalan perusahan, ada jalan usaha tani. Jalan-jalan itu ada dan
diadakan khusus, semata-mata untuk melayani kebutuhan dasar semua makhluk
hidup. Semua makhluk hidup memerlukan jalannya masing-masing menurut
kebutuhannya. Babi hutan yang biasa hidup di hutan harus memiliki jalan masuk
ke kebun manusia untuk mencari makanan agar dia bisa hidup. Bagi manusia, jalan
masuk babi hutan menuju kebun merupakan jalan kehancuran, tetapi menurut babi
hutan, itulah jalan hidupnya. Tetapi yang paling hebat, Yesus menyatakan
diri-Nya: AKULAH JALAN KEBENARAN DAN HIDUP. Jalan benar menuju hidup hanya ada
pada Yesus. Persoalannya: apakah jalan-jalan lain di atas tidak benar dan tidak menghidupkan?
Ketika kita berbicara tentang membangun
daerah tertinggal, maka pertama-tama orang akan berpikir tentang membangun infrastruktur
jalan. Ini adalah logika pembangunan lurus yang harus dipatuhi tanpa ada
permainan pada arena logika terbalik. Sekedar contoh pada permainan logika
terbalik di area pembangunan wilayah Kotenwalang yang dijuluki daerah
tertinggal. Dana desa yang telah
disalurkan oleh pemerintah dengan jumlah yang tak sedikit dari miliyaran rupiah
tidak akan dikelolah dengan baik dan benar karena mereka harus memobilisasi
bahan bangunan malalui jalan yang rusak parah. Ketika saya memulai sebuah pekerjaan baru di
Kotenwalang dengan melayani paroki baru, keluhan yang sangat memiluhkan dan paling sadis yang sering keluar dari mulut
masyarakat adalah “jalan”. Memiluhkan karena mereka harus menyiapkan
tenaga dan metal baja untuk menaklukan ruas jalan dari Waiklibang menuju
Kotenwalang. Keabsahan keluhan ini tak pernah
diperdebatkan oleh siapapun dan dari pihak manapun yang pernah melintasi ruas
jalan ini. Sadis karena negara kita sudah merayakan HUT kemerdekaan
ke-76 tetapi masih ada daerah yang masyarakatnya
hidup tertinggal jahu dari transportasi jalan. Bertahun-tahun keluhan ini bertahan
sambil menunggu munculnya rasa keprihatinan dan prikemanusiaan dari instansi
dan lembaga manapun. Tak jarang pihak pemerintah Kabupaten dan Kecamatan
berkunjung ke wilayah Kotenwalang. Sesekali mereka melihat dan merasakan betapa
sengsaranya menikmati jalanan tersebut tetapi keprihatinan dan
prikemanusiaan ibarat makhluk luar
angkasa yang tak pernah singgah di hati.
Tulisan tentang jalan ini tidak bermaksud
untuk mengeritik siapapun yang berwewenang dengan urusan jalan atau bermaksud
untuk mengemis secerca keprihatinan dan prikemanusiaan tetapi refleksi tentang pengalaman
pahit ini mengajarkan kami orang Kotenwalang bahwa “jalan itu penting”. Setiap pergerakan manusia untuk berpindah
tempat memerlukan sebuah “jalan”. Paling
sederhana ketika manusia bergerak menuju rumah tetangga saja memerlukan jalan.
Jalan yang baik dan benar akan menghantar setiap orang menuju kawasan kehidupan
yang baru. Kehidupan baru yang akan menguak banyak harta kekayaan yang sudah
lama terpendam.
Pada awal injilnya, Yohanes menulis dengan jelas keraguan Natael
tentang sang Mesias yaitu Yesus yang
datang dari Nazaret. Keraguan Natanael dipastikan dengan sebuah pernyataan
"Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth?" (Yoh, 1:46). Pernyataan ini membuktikan
bahwa Natael seorang Israel sejati. Ia berbicara tidak sekedar basa basi untuk
menyenangkan telinga para pendengar, ia bicara jujur, tak ada kepalsuan di
dalamnya (Yoh, 1:47). Nazareth memang dipandang sebelah mata oleh
bangsa Yahudi seolah-olah tak ada sedikitpun unsur kebaikan tersimpan di sana. Di
tengah keheningan, nama Nazareth melambung tinggi dengan munculnya sang Mesias yang datang dari sana. Pola penilaian
seperti ini terstruktur dengan rapi dan menjadi warisan setiap generasi sepanjang
zaman. Misalkan nama “Waibalun” akan terus melambung tinggi karena memang para
pejabat publik, para imam, biarawan dan biarawati terbanyak lahir dari sana. Menyandang
nama Waibalun akan menaikan nilai jual
di pasar publik Kabupaten Flores dalam semua lini kehidupan yaitu sosial- politik,
ekonomi, pendidikan, kesehatan, pembangunan, religiositas dan lain-lain. Sedangkan
nama “Kotenwalang” dengan sendirinya akan menurunkan bursa saham di segala
bidang kehidupan. Pertanyaan keraguan Natael sekedar diulang untuk mempertegas
penilaian ini: mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Kotenwalang? Ukuran
standar kebaikan setiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan kedudukan dan
tempat di mana ia berdiri untuk membuat penilaian itu. Yang pasti bahwa tarik
ulur pengaspalan jalan menuju Kotenwalang adalah imbas dari “yang baik” tidak
berbanding lurus dengan “biaya”. Perhitungan matematis tentu akan menghasilkan
kepastian tetapi siapakah juga yang dapat bernubuat bahwa membuka isolasi menuju Kotenwalang akan
menguak kepastian tentang harta terpendam di sana. Jika logika pembangunan ini
yang dipakai maka nilai-nilai prikemanusiaan menurut sila kedua Pancasila ibarat
memarkir besi tua.
Ukuran “yang baik” tidak akan datang melalui jalan
yang sesungguhnya tetapi akan diukur menurut “jalan
hidup” anda. “Jalan hidup” seseorang bernilai tidak diukur menurut standar kekayaan,
tidak juga pada standar kedudukan sosial di masyarakat, juga tidak pada besar
kecilnya sebuah jabatan. Karena itu, Salomo lebih memilih kebijaksanaan
daripada harta dan umur panjang. Jalan hidup kita akan bermutu dan bernilai
hanya karena melakukan hal-hal yang kecil dan sederhana. Kami adalah
hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus
lakukan." (Luk, 17:10). “Jalan
sesungguhnya” hanyalah pijakan sebuah lompatan jauh menuju “jalan hidup yang benar”.
Tetapi siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan
sehasta saja pada jalan hidupnya? (Mat,
6:27). Hanya Tuhan yang dapat mengubah kekuatiran manusia menuju jalan
hidup yang benar. "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang
pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh, 14:6). Karena itu carilah dahulu Kerajaan Allah,
maka yang lain akan ditambahkan kepadamu termasuk di dalamnya “Jalan Rusak Menuju Jalan Kebenaran dan
Hidup”. ....